KISAH kuli bangunan yang berhasil menerbitkan sebuah buku ini diceritakan langsung oleh Ustaz Artawijaya, editor Pustaka Al-Kautsar. Kisah yang menyentuh dan menggugah kita semua untuk semangat menulis apapun keadaannya. Berikut kisahnya.
Namanya singkat, Masduha. Perawakannya kecil dan ringkih. Kulitnya legam dengan urat-urat di tangan yang menonjol. Khas pekerja keras. Namun, di balik sosok dan penampilannya ia mampu melahirkan sebuah karya besar.
Suatu siang yg terik, dengan beralaskan sandal jepit ia datang tergopoh-gopoh ke Pustaka Al-Kautsar. Di tangannya, bundelan kertas tebal.
“Saya mau ngasih naskah ini. Buku tentang penjelasan kata-kata dalam Al-Qur’an. Ini hasil telaah saya selama bertahun-tahun,” ujarnya.
Siang itu ia langsung datang dari Mojokerto, Jawa Timur, tempat asalnya. Turun dari stasiun, ia bergegas ke kantor Pustaka Al-Kautsar. Ia bersusah payah datang meski dalam keadaan sakit.
“Kenapa tidak dikirim lewat jasa pengiriman,” tanya saya, melihat kondisinya yang kurang sehat. “Saya harus datang, karena ingin menjelaskan tentang naskah ini,” ujarnya.
Singkat kata, naskah seribu halaman lebih itu kami terima. Isinya menarik, tentang asal usul kata-kata dalam Al-Qur’an. Ia juga menuliskan referensinya dari beragam kitab tafsir dan lainnya.
Baca Juga: Cerita di Balik Karya Para Penulis Pustaka Al-Kutsar
Kisah Kuli Bangunan yang Berhasil Menerbitkan Sebuah Buku
Masduha menceritakan riwayat pendidikannya. Ia bercerita, pendidikan terakhirnya ditamatkan di Ma’had Aly Persis Bangil, Jawa Timur, selama dua tahun. Setingkat diploma dua. Di tempat ini ia belajar, menelaah kitab, dan berdiskusi dengan banyak orang.
Di kalangan teman-temannya ia dikenal sebagai pribadi yang ulet dan tekun. Ia berasal dari keluarga yg sangat sederhana. Karena itu, semasa belajar, ia juga nyambi bekerja. Apa saja ia kerjakan, asalkan menurutnya halal. Termasuk menjadi kuli bangunan, pun ia lakoni.
Karya besarnya itu, naskah seribu halaman lebih dengan referensi yang memadai, kini telah terbit. Kami memberinya judul: “Al-AlFAZH: Buku Pintar Memahami Kata-kata dalam Al-Qur’an.”
Pakar tafsir Al-Qur’an, Prof. Quraish Syihab memberi komentar buku ini. Menurut Masdhuha, ia datang langsung menemui pakar tafsir Al-Qur’an itu dengan membawa hasil karyanya dan meminta Prof. Quraish untuk mengomentarinya.
Takdir Allah subahanu wa ta’ala berkata lain. Lelaki ringkih yang datang ke kantor penerbit dengan beralas sandal jepit itu tidak bisa melihat hasil karyanya dalam bentuk buku yg diterbitkan. Beberapa waktu lalu, kami mendapat kabar dari teman dan keluarganya bahwa Masduha telah menghadap Rabbnya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Masduha telah tiada, namun ia meninggalkan legacy (warisan) yang sangat berharga. Karyanya akan menjadi amal jariyah yg terus mengalirkan pahala.
Setelah ia wafat, kami mendapat banyak informasi berupa testimoni dari orang-orang yang tempatnya pernah disinggahi oleh Masduha.
Ada ustaz dari Bandung, yang bercerita bahwa selama beberapa bulan, Masduha menumpang izin tinggal di pesantren untuk menalaah kitab-kitab tafsir yang ada di situ.
Ada juga testimoni dari sahabatnya di Jawa Timur, yang bercerita bagaimana Masdhuha rajin meminjam koleksi kitab-kitab tafsirnya untuk dibaca. Sungguh, usaha yang tekun, di tengah kesederhanaan hidup.
Masduha adalah sosok dari perwujudan sebuah ungkapan, “Kalau Anda bukan siapa-siapa, maka menulislah. Dengan begitu, Anda, akan terus dikenang.”
Menulis adalah membuat ‘umur kedua’. Jasadnya mungkin telah tiada. Tapi hasil karya akan terus hidup melintasi zaman! Semoga Allah subahanahu wa ta’ala merahmainya dengan rahmat yang luas. Aamiin.
Catatan Ustaz Artawijaya, Editor Pustaka Al-Kautsar.