PERNAHKAH kamu menyesal akan jalan hidup yang kamu pilih? Mungkin kamu mengalami Sunk Cost Fallacy, yaitu satu ilmu psikologi yang dapat mengubah arah hidupmu.
Influencer @maryamqonita pada 16 Juni 2022 menulis bagaimana teori Sunk Cost Fallacy ini mengubah jalan hidup banyak orang. Beralih dari posisi nyaman kembali ke nol.
“Ilmu psikologi yang telah mengubah arah hidupku adalah kesadaranku mengenai sunk cost fallacy,” tulisnya.
Sunk cost fallacy adalah sebuah fenomena di mana seseorang enggan mengubah keputusan, strategi, tindakan yang mereka tempuh karena merasa sudah banyak berinvestasi di sana.
“Individu tersebut tidak ingin mengubah sebuah keputusan, terlepas manfaatnya yang tidak sebanding,” tambahnya.
Ia mengilustrasikan kondisi tersebut sebagai berikut.
Bayangkan dirimu diberikan dua tiket untuk berlibur ke pantai. Satu tiket pergi ke Bali dengan nilai 10 juta rupiah,
satu tiket pergi ke pantai di Maluku dengan nilai 5 juta rupiah.
Skenario dibuat jelas bahwa perjalanan ke Maluku akan lebih menyenangkan buat kamu. Masalah jadi rumit ketika kedua tiket yang dikasih ke kamu itu buat weekend yang sama dan nonrefundable.
Ke mana kamu bakal pergi?
Dalam penelitian, sebagian besar partisipan memilih perjalanan ke tempat yang nilai liburannya lebih mahal, dalam kasus ini adalah Bali.
Kenapa? karena menurut mereka, tidak pergi ke Bali adalah buang-buang uang.
Meski liburan ke sana tidak lebih menyenangkan bagimu, ini bukan lagi apakah kamu menikmati perjalanan itu atau tidak, melainkan berpikir the money that has been spent. Alias, sayang sama uangnya.
The cost has already sunk.
Baca Juga: Hidup Ini Bukan Hanya untuk Makan
Sunk Cost Fallacy Mengubah Arah Hidupku
View this post on Instagram
Fenomena ini dapat ditranslasikan dalam banyak konteks kehidupan yang jauh lebih luas.
Dan merupakan salah satu bias kognitif paling besar yang akan menghalangimu untuk menjalani hidup yang benar-benar kamu mau.
Misalnya: “Aku enggak daftar studi S-2 yang berbeda karena sudah telanjur banyak menumbuhkan portofolio di bidang lamaku. Padahal aku ingin mempelajari hal lain.”
“Aku tidak bisa resign karena aku sudah bekerja keras untuk mendapatkan posisi ini. Padahal aku tidak suka pekerjaannya.”
“Aku mengambil spesialis karena sudah banyak berinvestasi untuk jadi dokter. Meski sebenarnya aku tidak tertarik.”
Mengetahui bahwa ini adalah bentuk bias kognitif yang perlu diwaspadai, menjadikanmu merasa tidak bersalah untuk menjalani hidup yang kamu mau.
Hidupku hanya sekali dan I gotta do what I wanna do.
“Ini salah satu cara sederhana yang aku lakukan,” kata mahasiswa Fakultas Psikologi NYU itu.
Jika kamu menutup mata, membayangkan bahwa dirimu berada di persimpangan sunyi, tidak punya pengalaman apapun, tidak memiliki apapun dan tidak takut kegagalan apapun…
Jalan mana yang hatimu akan pilih untuk ditempuh?[ind]