PENULIS buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis artikel berjudul “Menyelamatkan Para (Calon) Ulama” pada (26/04/2023) yaitu para WNI yang tengah menuntut ilmu di Sudan, negeri yang kini bergejolak.
“Mbak, mohon doanya insyaAllah hari ini kita dievakuasi ke Jeddah,” pesan itu dikirim @sendu.berkata Pemimpin Redaksi Majalah Annaashi @majalahannaashi yang diterbitkan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Sudan @pcim_sudan.
Sekalipun selalu ter-update kabar dari mereka sejak awal perang di Sudan meletus, tak urung hati tetap terasa ciut.
Membayangkan para mahasiswa Indonesia dan jutaan orang lainnya harus hidup di tengah kecamuk perang. Seperti apa perasaan orangtua mereka di Tanah Air yang hanya bisa mendoakan keselamatan anak-anaknya?
Berdasarkan catatan KBRI Khartoum, total terdapat 1.209 WNI yang berada di Sudan. Sejauh ini, 538 WNI berhasil dievakuasi dari Khartoum, Ibu Kota Sudan, dan diberangkatkan menuju Jeddah.
Sebanyak 291 di antaranya disebut akan diterbangkan langsung menggunakan pesawat TNI dan dijemput Satgas Evakuasi WNI di Sudan, sedangkan lainnya kemungkinan akan dievakuasi lewat jalur laut.
Tak hanya bahan pangan yang kian langka dan sulit diperoleh, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengkhawatirkan tingginya risiko biological hazarad (biohazard).
Tersebab, pihak bertikai di Sudan menguasai sebuah laboratorium kesehatan yang menyimpan patogen cacar air dan kolera untuk vaksinasi.
National Public Health Laboratory kini dikuasai salah satu pihak bertikai. Fasilitas itu juga merupakan bank darah utama di Sudan.
Keselamatan para mahasiswa Indonesia yang juga calon-calon ulama itu sangat penting.
Baca Juga: Sudan Negeri Dua Nil
Selamatkan Para Calon Ulama di Sudan
Sebagaimana yang terjadi di Andalusia saat diamuk perang. Beberapa ulama masyhur memilih meninggalkan tanah kelahirannya menuju negeri yang lebih aman.
Salah satunya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi atau yang lebih dikenal dengan Imam Al Qurthubi.
Ia seorang ulama, ahli tafsir, fikih, dan hadis. Karya terbesarnya adalah kitab tafsir “Al-Jami’li Ahkaam Al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan” yang terdiri dari 20 jilid.
Kitab ini juga dikenal sebagai tafsir Al Qurthubi.
View this post on Instagram
Pada 1236, Imam Al-Qurthubi meninggalkan Cordoba yang telah jatuh ke tangan Ferdinand III dari Castilia.
Alexandria, Mesir, menjadi tujuannya. Di sana ia memperdalam ilmu hadist dan tafsir, sebelum akhirnya pindah ke Kairo dan menetap di kediaman Abu al-Hushaib.
Imam Al-Qurthubi wafat di Mesir pada malam Senin, 9 Syawal tahun 671 H (1273 M). Makamnya berada di El Meniya, di timur sungai Nil. Sampai saat ini makamnya masih bisa diziarahi.
Doakan agar WNI di Sudan bisa dievakuasi dengan selamat dan berkumpul kembali dengan keluarganya di Tanah Air.[ind]