SUDAN disebut sebagai negeri dua Nil, karena di ibu kota Khartoum terdapat pertemuan dua sungai Nil yaitu Nil Putih dan Nil Biru.
Aliran air di sungai Nil putih berasal dari Uganda, sedang sungai Nil biru berasal dan Ethiopia.
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis artikel berjudul “Cahaya di Negeri Dua Nil”, (27/04/2023).
“Alhamdulillah kita udah sampai Jeddah tadi sore, Mba. Cuma ada beberapa anggota Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah @pcim_sudan yang masih tertahan di Port Sudan. Besok insyaAlllah mereka menyusul ke Jeddah menggunakan jalur udara.”
Update kabar dari @sendu.berkata Pemimpin Redaksi Majalah Annashi @majalahannaashi itu saya terima dini hari tadi waktu Indonesia. Alhamdulillah.
Evakuasi gelombang pertama WNI Sudan telah berhasil dilaksanakan (26/4) menggunakan Kapal MV Amanah yang disediakan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Kapal diberangkatkan dari Port Sudan sehari sebelumnya dan memasuki wilayah Arab Saudi melalui Pelabuhan Militer King Faisal Jeddah.
WNI yang berhasil dievakuasi terdiri dari 322 laki-laki, 199 perempuan, dan 36 anak-anak.
Begitu kapal bersandar, mereka tampak lega dan bahagia sambil mengibar-ngibarkan bendera merah putih di atas kapal yang disambut Dubes RI untuk Arab Saudi, Dr. Abdul Aziz Ahmad.
Tak hanya pemerintah Indonesia yang menggunakan kota Jeddah sebagai titik evakuasi. Pemerintah dari berbagai negara juga melakukan hal yang sama.
Mereka berusaha secepatnya menyelamatkan warga negaranya sebelum konflik di Sudan kian tak terkendali.
Baca Juga: Sudan Jadi Tuan Rumah Forum untuk Mendukung Normalisasi dengan Israel
Sudan Negeri Dua Nil
Cahaya hidayah mulai menerangi Sudan sejak era sahabat, sebagaimana dijelaskan Abdullah Mubsir Al-Tharazi, dalam kitab “Intisyar al-Islam fi al-‘Alam fi al-Sittah wa Arba’una, Daulah ‘Aisyiah wa Afriqoh”.
Tepatnya saat panglima Amru ibn Ash membebaskan Mesir pada 641 M (21 H) di masa pemerintahan Umar ibn Khattab.
Pada saat itu, Sang Panglima berhasil mengalahkan bangsa Nubia yang tinggal di wilayah Sudan kini dan sebagian Mesir Selatan.
Estafet dakwah dilanjutkan Abdullah bin Sa’ad pada tahun 625 M (31 H), ketika dia menjadi Wali Mesir pada masa Khalifah Utsman ibn Affan.
Islam semakin tersebar luas di Sudan pada masa Daulah al-Murabithun pada abad 13-14 M. Banyak prajurit Muslim yang menikahi penduduk setempat yang waktu itu masih menganut paganisme.
Hingga berdirilah kerajaan Islam pertama di Sudan yang bernama Funj yang sangat kuat pada abad ke 15 M.
Baca Juga: Bachtiar Nasir Berharap Konflik Sudan Segera Mereda
View this post on Instagram
Daulah Utsmani yang merupakan salah satu daulah Islam terbesar juga meninggalkan jejaknya di Sudan yang masih bisa disaksikan hingga kini.
Salah satunya adalah Qubab al-Atrak yang berada di tengah- tengah kota Khourtum.
Situs bersejarah ini merupakan komplek pemakaman para pemimpin Utsmani yang ditugaskan ke wilayah ini. Termasuk makam Ahmad Pasha Abu Wudan, gubernur pertama Utsmani di Sudan.
Di kompleks pemakaman ini terdapat bangunan berhias kubah-kubah khas Utsmani yang belum pernah dikenal oleh penduduk Sudan sebelumnya.
Selain itu, juga terdapat pemakaman tentara Utsmani di kawasan Dangola kuno yang terletak di tepi timur Sungai Nil. Di tempat ini pula, sisa Masjid Dangola Kuno yang terkenal itu masih dapat disaksikan.
Sudan disebut sebagai negeri dua Nil, karena di ibu kota Khartoum terdapat pertemuan dua sungai Nil yaitu Nil Putih dan Nil Biru. Aliran air di sungai Nil putih berasal dari Uganda, sedang sungai Nil biru berasal dan Ethiopia.
Semoga kedamaian segera menerangi negeri ini.[ind]