RASULULLAH Shallallahu Alaihi wa Sallam bermusyawarah jika membicarakan suatu masalah yang penting. Rasulullah adalah seorang yang senang bermusyawarah apabila menghadapi suatu masalah.
Terutama jika masalah tersebut adalah masalah penting yang menyangkut urusan kaum muslimin dan agama Allah Ta’ala. Terdapat banyak hadits yang menyebutkan bahwa kebiasaan beliau apabila menghadapi suatu masalah penting, beliau membicarakannya atau memusyawarahkannya bersama para sahabat Radhiyallahu Anhum.
Baca Juga: Keputusan Harus Berdasarkan Musyawarah
Rasulullah Bermusyawarah jika Membicarakan Suatu Masalah yang Penting
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata,
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bermusyawarah dengan para sahabat pada hari perang Badar. Maka Abu Bakar berbicara menyampaikan pendapatnya, tetapi beliau berpaling darinya. Lalu Umar berbicara, namun beliau juga berpaling. Kemudian kaum Anshar berkata, ‘Wahai Rasulullah, sebenarnya kamilah yang engkau kehendaki’. Miqdad bin Al-Aswad berkata, ‘Wahai Rasulullah, Demi Allah, sekiranya engaku memerintahkan kami untuk terjun ke laut, pasti akan kami lakukan’.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Hadits di atas satu dari sekian banyak hadits yang menyebutkan kebiasaan beliau yang senang bermusyawarah ini. Nabi bermusyawarah dengan Abu Bakar dan Umar dalam masalah tawanan perang badar. Nabi bermusyawarah dengan para sahabat ketika akan keluar pada perang Uhud. Beliau bermuyawarah dengan Ali dan Usamah dalam kasus yang mendiskreditkan Aisyah (hadits al-ifki), beliau bermusyawarah dengan para sahabat ketika akan menyerang Yahudi Bani Khabar. Beliau bermusyawarah dengan Ummu Salamah setelah perjanjian Hudaibiyah. Dan Seterusnya.
Demikianlah Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Allah memang menyuruh beliau agar bermusyawarah.
“Dan ajaklah mereka bermusyawarah dalam suatu urusan. Dan apabila engaku telah bertekad kuat, maka bertawakallah kepada Allah.” (Ali Imran: 159)
Rasulullah tentunya adalah teladan yang baik untuk kita semua. Sudah seharusnya kita selalu mengikuti apa yang beliau lakukan, termasuk musyawarah. Jangan cepat-cepat mengambil keputusan. Usahakan untuk mengadakan musyawarah terlebih dahulu apabila itu menyangkut kepentingan banyak orang.
Jangan sampai kita menzalimi orang lain karena keputusan gegabah yang kita ambil. [Cms]
(Sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar)