NAMA lengkapnya Abdullah bin Sa’ad Abi Hubaib bin Judzaimah bin Hasal Al-Qurasyi Al-Amiri, biasa dipanggil Abu Yahya. Ia dilahirkan di Makkah. Ibunya berasal dari keturunan kabilah Al-Asy’ari, Yaman.
Ia adalah saudara Utsman bin Affan sepersusuan dan termasuk salah seorang penunggang kuda Quraisy yang sang sangat populer.
Ia masuk Islam dan salah seorang juru tulis wahyu (Al-Qur’an). Kemudian ia murtad dari Islam dan menyebarluaskan di tengah-tengah publik bahwa ia mengubah Al-Qur’an.
Orang-orang kafir Quraisy mempercayai apa yang disampaikan Abdullah bin Sa’ad. Lalu turunlah firman Allah,
“Maka siapakah yang zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya?” (Al-A’raf: 37)
Rasulullah menghalalkan darahnya untuk dibunuh pada saat pembebasan kota Makkah bersama tiga orang lainnya, yakni Ikrimah bin Abi Jahal, Ibn Hazhal, dan Muqais bin Shababah.
Akan tetapi, saudaranya sepersusuan, Utsman bin Affan, memintakan syafaat untuknya di hadapan Rasulullah yang bersikap diam sebelum menerima pembai’atan Abdullah.
Setelah Abdullah pergi, Beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Aku sengaja diam, agar ada di antara kalian yang langsung menebas lehernya.
“Salah seorang di antara sahabat bertanya, “Mengapa Anda tidak memberikan isyarat kepadaku untuk membunuhnya, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya seorang Nabi tidak membunuh dengan (memberi) isyarat.”
Baca Juga: Kisah Seseorang yang Batal Masuk Neraka karena Sehelai Bulu Mata
Abdullah bin Sa’ad, Murtad dan Kembali pada Islam
Kemudian ia masuk Islam dan merasakan keagungan memeluk Islam. Ia ikut dalam pertempuran menumpas orang-orang murtad.
Ia juga pernah bergabung dengan pasukan yang dipimpin Amr bin Ash dalam rangka untuk membebaskan berbagi wilayah baru.
Ia pernah menjadi komandan pasukan sayap kanan saat pasukan kaum muslimin bergerak menuju Palestina, kemudian menuju Mesir.
Amr bin Ash menugaskan untuk memimpin pasukan dalam rangka untuk menjaga wilayah dataran tinggi Mesir dan daerah-daerah yang sering dilanda bencana banjir.
Kemudian Utsman bin Affan mengangkatnya menjadi gubernur atas wilayah dataran tinggi Mesir.
Utsman bin Affan juga pernah mengangkatnya sebagai gubernur seluruh wilayah Mesir.
Ia pernah meminta restu kepada khalifah Utsman untuk membebaskan wilayah Afrika. Utsman menyetujui dan memperkuatnya dengan pasukan yang berjumlah sangat besar.
Pasukan bantuan ini dikenal dengan pasukan Al-‘Abadalah, karena di dalamnya terdapat Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Ja’far, Hasan, dan Husein.
Abdullah bin Sa’ad terus bergerak hingga akhirnya bertemu dengan ‘Uqbah bin Nafi’ di Burqah. Kemudian mereka meneruskan perjalanan menuju wilayah Qardojanah untuk mengalahkan pasukan Romawi di sana.
Seorang juru bicara Georgerius, raja Romawi memaklumatkan kepada publik bahwa siapa yang berhasil membunuh Abdullah bin Sa’ad,
maka dia akan diberi imbalan sebesar 100.000 dinar dan dia akan dikawinkan dengan putri raja.
Abdullah bin Sa’ad berdiri dan memaklumatkan bahwa siapa yang berhasil membunuh Georgerius dan memenggal kepalanya,
maka dia akan diberi imbalan sebesar 200.000 dinar dan dia akan dikawinkan dengan putrinya dan akan diangkat menjadi pegawai di wilayah kekuasaannya.
Setelah itu, salah seorang tentara muslim berhasil membunuh Georgerius.
Pasukan Romawi berusaha menyerang Afrika Utara melalui jalur laut. Mereka datang dengan menumpang 500 kapal perang.
Abdullah bin Sa’ad menghalau mereka dengan kekuatan 200 kapal perang. Akhirnya pasukan angkutan laut Abdullah berhasil mengalahkan pasukan laut Georgerius
-setelah sebelumnya pasukan angkatan Abdullah mengalahka pasukan angkatan darat mereka-. Pertempuran ini dinamai dengan pertempuran Ash-Shawari,
karena berkumpulnya ratusan kapal perang angkatan laut kaum muslimin dan kapal perang angkatan laut Romawi.
Abdullah bin Sa’ad akhirnya membebaskan Afrika, Cyprus dan memerangi angkatan laut Romawi.
Ia adalah orang yang sibuk melakukan jihad. Karenanya, ia tidak berada di Mesir untuk menumpas para pembentrok di bawah pimpinan Abdullah bin Saba’.
Pada waktu itu, Abdullah bin Saba’ memprovokasi masyarakat untuk memerangi dan mengepung Utsman.
Ia bertolak dari Mesir bersama beberapa orang prajurit utuk menyelamatkan Utsman bin Affan dari kepungan para pembontrak.
Setelah mengetahui kabar bahwa Utsman terbunuh, ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Mesir.
Ia tidak bergabung pada salah satu pihak saat terjadi gejolak politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Baca Juga: Muadz Bin Jabal, 1 dari 6 Sahabat Nabi yang Hafal Quran pada Masa Nabi
Setelah dibai’at menjadi khalifah, Ali mencopot jabatan Abdullah bin Sa’ad sebagai gubernur.
Setelah jabatannya dicopot, ia memilih tinggal di kota Asqalan, dekat Gaza. Ia menolak membai’at Ali dan Mu’awiyah dan menolak membantu salah satu pihak di antara mereka untuk memerengi pihak lain.
Ia meninggal saat menunaikan shalat di Asqalan tahun 36 H. Jasadnya dimakamkan di pekuburan orang-orang Quraisy yang sudah masyhur di daerah tersebut.[Wn/ind]
(sumber: Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Pustaka Al-Kautsar)