NAMANYA Nuha Elkhiamy. Jabatannya mentereng: Director of Program Management for Legal Works di Google. Pembawaannya riang, penuh percaya diri.
Sorot matanya selalu berbinar saat bicara menandakan kecerdasannya.
“Break down that wall of the unknown,” ucapnya berulang saat diwawancara TRTWorld dalam rangka World Hijab Day yang diperingati setiap 1 Februari.
Uttiek M. Panji Astuti menulis, Elkhiamy memang istimewa, hingga media internasional asal Turki, TRTWorld, mengangkat sosoknya untuk diwawancara.
Ia salah satu di antara sangat sedikit perempuan berhijab yang bisa menduduki posisi penting di perusahaan raksasa dunia.
Sebelumnya, ia berkarier di General Electric (GE) selama tujuh tahun dan menduduki banyak posisi strategis.
Tak mudah baginya untuk sampai pada posisinya ini, di tengah Islamphobia dan Hijabphobia yang mendera Barat. Ia selalu dipandang dengan curiga.
Namun dengan penuh keyakinan diri, ia terus melenggang.
“Tunjukkan siapa dirimu dan kemampuanmu untuk ‘merobohkan’ tembok ketidaktahuan itu,” jawabnya mantap.
Melihat sosoknya, yang terbayang adalah muslimah-muslimah hebat yang pernah ditulis sejarah dengan tinta emas.
Salah satunya adalah Amatul Aziz binti Jafar bin Abi Jafar al-Manshur atau yang lebih dikenal sebagai Zubaidah istri Khalifah Harun Al Rasyid.
Ia dikenal dengan kecerdasan, kecantikan dan kedermawanannya yang luar biasa. Namun tak banyak yang tahu kalau ia juga seorang ahli konstruksi yang kalau sekarang disebut teknik sipil.
Ia memimpin proyek pembangunan saluran air dari Makkah hingga Hunain.
Dalam buku “150 Perempuan Shalihah”, disebutkan proyek itu menghabiskan dana sekitar 1,7 juta dinar atau setara Rp7,3 T.
Ia meminta pada bendahara negara untuk menyediakan para insinyur dan ahli bangunan terbaik dari seluruh negeri.
Baca Juga: Menjadi Muslimah Hebat
Nuha Elkhiamy, Muslimah Teknokrat Hebat
View this post on Instagram
Tak hanya itu, Zubaidah juga membelanjakan hartanya sekitar 54 juta dirham untuk membuat perkampungan Darbu Zubaidah.
Di sana, ia membuat jalan yang menghubungkan Irak dengan Makkah dan menggali sumur-sumur untuk menjamin ketersediaan pasokan air bagi jamaah haji. Sumur-sumur itu dikenal sebagai mata air Zubaidah.
Ia juga membangun banyak masjid, waduk untuk irigasi, dan jembatan di Wilayah Hijaz, Syam, dan Baghdad. Bersama Khalifah Harun Al Rasyid ia merekonstruksi dan merehabilitas kota Makkah.
Keshalehannya tak diragukan lagi. Ia mempunyai 100 pelayan wanita yang hafal Alqur’an. Setiap hari, para pelayannya itu menderaskan ayat-ayat Alqur’an yang dilukiskan suaranya seperti dengunan lebah.
Begitulah seharusnya menjadi seorang Muslimah: Shalehah. Cerdas dan penuh percaya diri.[ind]