SESUNGGUHNYA hanya Allah yang mampu menyatukan hati hamba-hamba-Nya dalam keimanan dan ketaatan dan memberikan pertolongan dan bantuannya kepadamu kemudian Ia berfirman:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfaal: 63)
Baca Juga: Terapi Hati dengan Sabar dan Syukur
Hanya Allah yang Menyatukan Hati
Penjelasan:
Sebenarnya di kalangan kaum Anshar terdapat berbagai macam peperangan pada masa jahiliah antara suku ‘Aus dan Khazraz, serta berbagai hal yang mengharuskan mereka berbuat kejahatan yang berkesinambungan, kemudian Allah menghentikan semua itu dengan cahaya keimanan, sebagaimana firman Allah:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imron: 103)
Baca Juga: Terapi Hati dengan Sabar dan Syukur
Hanya Allah yang Menyatukan Hati
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan bahwa sesungguhnya Rasulullah ketika berbicara dengan kaum Anshar mengenai harta ghanimah dalam perang Hunain beliau mengatakan kepada mereka,
“Wahai kaum Anshar sekalian, bukankah aku dahulu mendapatimu dalam keadaan sesat, lalu Allah memberikan petunjuk kepada kalian melalui diriku.
Aku menjumpai kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah memberikan kekayaan melalui diriku. Dan kalian dahulu ada dalam keadaan bercerai berai, lalu Allah menyatukan kalian melalui diriku.”
Setiap kali beliau mengatakan sesuatu, mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya paling banyak memberikan nikmat.“
Oleh karena itu Allah berfirman, “Allah telah mempersatukan hati mereka, sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”
Maksudnya Allah Maha perkasa sehingga Allah tidak menyia-nyiakan harapan orang -orang yang bertawakal kepada-Nya dan Allah Maha Bijaksana dalam perbuatan dan hukum-hukumnnya.
Dari Ibnu Abbas dia berkata, “Sesungguhnya rahim itu akan terputus, kenikmatan bisa saja dikufuri dan sesungguhnya Allah jika mendekati di antara hati, maka tidak ada sesuatu yang bisa memisahkan,” kemudian dia membaca ayat ini, “Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka.”
Abu Amr Al-Auzai meriwayatkan dari Mujahid dan aku bertemu dengannya lalu dia memegang tanganku, seraya berkata, “Jika dua orang yang saling mencintai di jalan Allah saling bertemu, lalu salah satu di antara mereka berdua mengenggam tangan sahabatnya dan tersenyum kepadanya, maka berguguranlah kesalahan mereka berdua, seperti bergugurannya daun-daun yang jatuh dari tangkai pohon.”
Ubadah berkata, “Sesungguhnya ini sangat mudah,” lalu dia berkata, “Jangan berkata seperti itu karena Allah berfirman: ‘Walau engkau membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya engkau tidak dapat mempersatukan hati mereka.'”
Adapun pelajaran dari ayat ini menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al-Lubab adalah, “Allah subhanahu wa ta’ala mempersatukan jiwa Masyarakat Islam melalui ajaran Islam. Kekikiran dan ketamakan terhadap kenikmatan materi dikikis dengan menyadarkan manusia bahwa hidup duniawi hanya bersifat sementara, sedang hidup yang sempurna lagi abadi di akhirat nanti.
Tuntunan yang bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala diterima dan diamalkannya berkat taufiq dan hidayah dari Allah. Jika demikian Allah subhanahu wa ta’ala yang mempertautkan hati manusia, bukan siapapun dan bukan bula Nabi Muhammad.”
Hati ini milik Allah, maka hanya Allah yang mampu menyatukan manusia, lihatlah bagaimana Allah mengumpulkan manusia saat ibadah haji, bahkan mereka rela mengeluarkan uang puluhan sampai ratusan juta demi bisa mengunjungi Baitullah.
Dan perhatikanlah bagaimana Allah mengumpulkan manusia dalam shalat lima waktu dan semua yang ada iman di hatinya datang dengan Ikhlas tanpa menerima materi.
Dan dalam ayat ini Allah mengingatkan bahwa uang adalah bukan kekuatan utama untuk menyatukan hati manusia, sebab hati kecil yang berpihak kepada kebenaran dan keadilan tidak akan pernah bisa dibeli oleh uang.
Syaikh Assa’di berkata terkait ayat ini: “Dan yang mempersatukan hati mereka,” sehingga mereka kompak bersatu yang karena persatuan itu kekuatan mereka pun bertambah, dan ini bukan karena usaha seseorang, bukan pula dengan kekuatan yang selain kekuatan Allah.
“Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaanmu yang berada di bumi,” serupa, emas, perak, dan yang selainnya untuk menyatukan mereka setelah perselisihan dan perpecahan yang berat itu, “Niscaya kamu tidak akan dapat mempersatukan hati mereka,” karena tidak ada yang mampu membolak-balik hati kecuali Allah.
“Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.” Dan di antara keperkasaan-Nya adalah menyatukan dan mempertemukan setelah sebelumnya tercerai-berai sebagaimana firman Allah.
Hati ini milik Allah, jika hati sudah terpaut dengan ukhuwah karena Allah maka kecintaan karena materi, jabatan dan aksesoris dunia lainnya bisa terkalahkan, sehingga jagalah kesucian hati ini.
Nabi Saw bersabda:
إِنَّ الْقُلُوْبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ للّٰهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
“Sesungguhnya hati-hati itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, dimana Dia membolak-balikkan hati itu sekehendak-Nya.” Hadits riwayat At-Tirmidzi dan lainnya.
Hati adalah raja dalam melakukan aktifitas; jika hati kuat dan semangat maka bersemangatlah seluruh anggota tubuh walau tidak ada imbalan materi dalam melakukan sebuah kegiatan, tetapi jika hati malas dan tidak berdaya untuk melakukan sesuatu, maka seluruh anggota tubuh akan dihantui dengan rasa malas, dia hanya mau bergerak jika ada imbalannya.
Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati.” (HR. Muslim)
Berikut beberapa kata hikmah tentang hati:
خصلتان تقسيان القلب: كثرة الكلام, وكثره الأكل
“Dua hal yang mengeraskan hati: Banyak bicara dan banyak makan.”(Fudhail bin Iyadh).
ما أصيب أحد بمصيبة أعظم من قساوة قلبه
“Tidak ada musibah yang lebih besar menimpa seseorang dari kerasnya hati.” (Huzaifah bin Qatadah).
علامة موت القلب طلب الدنيا بعمل الآخرة
“Tanda matinya hati adalah meraih dunia dengan amalan akhirat.“
لكل شيء صدأ وصدأ نور القلب شبع البطن
“Segala sesuatu ada karatnya dan karatnya cahaya hati dengan kenyangnya perut.”
إذا أظلم القلب ضاق الصدر, وإذا ضاق الصدر ساء الخُلق
“Jika hati gelap maka sempitlah dada dan jika dada sempit maka buruklah akhlak“
Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A