SAHABAT Muslim, bagaimana cara memiliki keberanian seperti para pahlawan pendahulu kita yang kehebatannya dicatat dalam sejarah?
Sifat dan karakter berani bisa saja sudah tertanam dalam diri seseorang, tapi ada pula keberanian yang perlu diasah dan dilatih terus-menerus.
Sikap berani dalam diri seorang muslim bukan saja terlihat dari kekuatan secara fisik untuk menyampaikan kebenaran, tapi juga kemampuannya dalam menghadapi ujian.
Berikut empat ciri seseorang dikatakan mempunyai keberanian di dalam dirinya.
baca juga: Kadang Kita Terlalu Berani kepada Allah
Empat Cara Memiliki Keberanian dalam Diri Seorang Muslim
Pertama, Quwwatul ihtimal (memiliki daya tahan yang besar).
Seseorang dapat dikatakan benar-benar memiliki sifat berani jika ia memiliki daya tahan yang besar dalam menghadapi kesulitan, penderitaan, bahaya dan mungkin saja penyiksaan.
Dan semua itu karena ia yakin berada di jalan Allah Subhanahu wa taala dan kebenaran.
Kedua, As-sharahah fil haq (berterus terang dalam menyampaikan kebenaran)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit.” (HR. Imam Baihaqi)
Keterusterangan dalam menyampaikan kebenaran adalah indikasi keberanian.
Berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim bahkan disebut oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai jihad yang paling afdhal (utama), dan orang yang dibunuh karenanya disebut sebagai syuhada.
Ketiga, kitmanu as-sirri (memegang rahasia)
Kerahasiaan, terlebih lagi dalam konteks perjuangan dan dakwah adalah sesuatu yang berat dan beresiko tinggi. Terbongkarnya rahasia dapat berakibat fatal.
Maka kesiapan memegang rahasia jadi indikasi syaja’ah seorang muslim.
Keempat, Al ‘itirafu bil khatha’i (mengakui kesalahan)
Mengakui kesalahan adalah ciri pribadi yang berani. Sebaliknya, sikap tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam adalah ciri pribadi pengecut.
Mengakui kesalahan memang tidaklah mudah. Kadang ada rasa malu, takut dikucilkan, atau cemas akan pandangan sinis orang lain karena kesalahan yang diperbuat.
Padahal mengakui kesalahan diri sendiri sangat menguntungkan. Sebab ia bisa melihat kesalahan diri dan segera memperbaikinya.
Semoga Allah Subhanahu wa taala senantiasa menanamkan sikap syaja’ah pada kita, hingga segala persoalan akan kita hadapi dengan fikiran yang jernih, hati yang lapang dan penuh kehati-hatian.[ind]