PENULIS muda asal Palestina, Adham Syarqawi menuliskan bahwa kita harus berani dalam kebatilan.
Dua orang laki-laki yang dituduh melakukan pencurian dibawa menghadap Ibnu Nasawi.
Seorang di antaranya bersalah dan seorang lagi tidak bersalah.
Ia kemudian memerintahkan keduanya berdiri di hadapannya.
Lalu ia memanggil pembantunya: “Ambilkan air minum.”
Ia mengambil cangkir dan mulai minum, lalu ia sengaja menjatuhkan cangkir itu dari tangannya dan cangkir itu pecah.
Salah seorang dari keduanya gemetar karena melihat cangkir pecah, tetapi yang lain tetap teguh berdiri.
Kepada orang yang gemetar dan takut itu Ia berkata: Kamu bukan pencurinya, kembalilah ke rumahmu!
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dia berkata kepada yang satunya: Kembalikan apa yang kau curi!
Ditanyakan kepadanya: Bagaimana engkau mengetahui hal ini?
Ia berkata: Pencuri itu berhati kuat dan tidak gemetar, sedangkan orang yang gemetar ini tidak bersalah. Karena jika ada tikus yang bergerak di dalam rumah, dia akan takut dan tidak jadi mencuri!
Betapa berani dan kuat hatinya seandainya digunakan untuk membela kebenaran.
Alangkah hebatnya seorang perampok jalanan jika ia menjadikan keberaniannya itu untuk jihad di jalan Allah, membela syariat-Nya, dan menegakkan kalimat-Nya.
Sayang sekali jika suara merdu itu hanya untuk melantunkan lagu, andaikan suara itu untuk memperdengarkan Al-Qur’an, dan menjadi penyeru Tuhan Yang Maha Penyayang yang memperdengarkan ajaran-Nya di telinga makhluk-Nya.
Berani dalam Kebatilan
Baca juga: Sikap Para Ulama terhadap Pelaku Kebatilan
Betapa buruknya orang kaya yang menghamburkan hartanya untuk hal yang sia-sia.
Andaikan ia memberikannya sebagai sedekah, ia akan menemukan kenikmatan memberi lebih indah daripada kenikmatan memuaskan syahwat yang diharamkan.
Harta yang bernilai abadi itu akan mendahuluinya ke liang lahat, dan ketika memasukinya nanti, harta itu sudah menunggunya di sana.
Masalah manusia bukan kekurangan fasilitas dan potensi, melainkan salah penempatannya.
Abu Jahal punya keberanian luar biasa, namun keberaniannya digunakan untuk kebatilan.
Umayyah bin Khalaf tidak kekurangan harta, akan tetapi hartanya digunakan untuk menghalangi manusia dari kebenaran.
Utbah bin Rabi’ah tidak kekurangan akal dan pendapat, akan tetapi pikirannya digunakan untuk menentang Islam.
Seseorang ditanya tentang kemampuan yang diberikan kepadanya, untuk apa dan bagaimana ia menggunakan keberanian, harta, pengetahuan, akal, status sosial, dan pekerjaannya.
Jika itu semua digunakan di jalan Allah, maka itu adalah kemampuan yang baik dan investasi yang baik. Jika itu semua digunakan di jalan setan, maka itu adalah investasi yang buruk.[Sdz]