AMAL shalih adalah bahan yang akan kita gunakan untuk membangun rumah di surga. Jangan sampai banyaknya amanah duniawi melupakan jatah ukhrawi yang abadi.
Jangan sampai prestasi yang kelihatannya melejit, tetapi ternyata hanya membangun sebuah gubuk di langit.
Agar nanti tidak terlalu menyesal, mari kita kembali menata ulang kerja-kerja kita, termasuk berbagai amanah dan tanggung jawab yang dipikulkan di pundak kita.
Dikisahkan oleh Ustaz Zulfi Akmal ada seorang laki-laki melihat di dalam mimpinya bahwa dirinya meninggal. Dia naik ke atas langit.
Baca Juga: Surat At-Thur, Mengantarkan Anak Menjadi Ahli Surga
Bahan untuk Membangun Rumah di Surga
Ketika sampai di langit, dia melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Di sana terdapat istana-istana yang sangat megah. Taman yang dipenuhi bunga dan buah-buahan. Segalanya warna-warni memesona.
Dia bertanya tentang pemilik itu semua. Seorang malaikat menjawab, “Itu semua kepunyaan orang-orang yang naik dari Bumi.”
Laki-laki itu terkagum-kagum. Lalu dia minta kepada malaikat supaya menunjukkan tempat tinggalnya. Malaikat pun membawanya berjalan menuju rumah-rumah sangat sederhana yang lebih tepat disebut dengan gubuk.
Dia bertanya, “Di mana rumahku?”
Malaikat menunjuk ke sebuah gubuk yang terbuat dari kayu. Malaikat itu berkata, “Inilah rumahmu.”
Tiba-tiba dia emosi dan marah. “Kenapa aku tidak di tempatkan di salah satu istana yang telah kita lalui? Kenapa aku mesti di sini, padahal di sana banyak istana mewah?” begitu protesnya.
Malaikat menjawab, “Di langit tidak ada bahan untuk membangun rumah. Setiap amal shalih yang dikirim manusia dari Bumi itulah yang kami gunakan untuk membangun rumah ini untuk kalian. Inilah yang kamu kirim kepada kami di sini selama kamu hidup.”
Saudaraku, kira-kira rumah kita kayak apa ya? Jangan sampai yang dikirim ke sana justru ular, kelabang, kalajengking, dan binatang berbisa lainnya.
Jangan sampai malah enggak punya rumah di surga.
Catatan: Ustaz Sholikhin Abu Izzuddin
[Ln]