WARGA Albania di Australia unjuk rasa menyerukan tindakan untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.
Mereka menyatakan hal itu merupakan krisis nasional yang terjadi setelah banyaknya pembunuhan kepada perempuan.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese terlihat ikut serta dalam unjuk rasa tersebut.
Dilansir dari aljazeera, ia mencap kekerasan dalam rumah tangga sebagai krisis nasional di tengah protes atas meningkatnya jumlah pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan dekat mereka.
Ia sebagai perwakilan dari pemerintah juga berjanji akan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Termasuk pendanaan baru untuk membantu para penyintas serta upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu tindakan keras terhadap konten online yang misoginis.
Langkah-langkah tersebut diumumkan pada hari Rabu (01/05/2024), dilakukan setelah puluhan ribu warga Australia berunjuk rasa di seluruh negeri, termasuk di kota Brisbane, Canberra, Melbourne, Sydney dan Perth.
Protes tersebut dipicu oleh gelombang kekerasan yang menurut kelompok kampanye telah mengakibatkan satu perempuan terbunuh setiap empat hari pada tahun ini akibat kekerasan dalam rumah tangga.
Baca juga: Mahasiswa Universitas McGill Kanada Turut Mendirikan Perkemahan Membela Palestina
Warga Australia Unjuk Rasa Menyerukan Tindakan untuk Mengakhiri Kekerasan Terhadap Perempuan
Aksi serupa juga terjadi setelah serangan penikaman di Sydney pada bulan April, di mana seorang penyerang yang membawa pisau membunuh enam orang di sebuah mal yang sibuk.
Lima korbannya adalah perempuan, dan polisi mengatakan jelas bahwa penyerang tersebut menargetkan perempuan.
Para pegiat menyerukan aksi unjuk rasa akhir pekan ini setelah seminggu yang lalu terjadi pembunuhan terhadap tiga perempuan, yang diduga dilakukan oleh laki-laki yang mereka kenal.
Molly Ticehurst, seorang ibu berusia 28 tahun yang menurut pihak berwenang dibunuh oleh mantan pacarnya.
Secara total, sekitar 28 perempuan telah dibunuh tahun ini oleh pasangan mereka saat ini atau mantan pasangannya dan anggota keluarga mereka, menurut kelompok kampanye Destroy the Joint.
Angka tersebut hampir dua kali lipat jumlah korban tewas pada periode yang sama tahun lalu, menurut lembaga penyiaran layanan publik ABC.[Sdz]