BAGAIMANA mengontrol kecintaan pada dunia?
Kata “dunya” mencakup banyak hal tetapi secara umum berarti dunia yang bersifat sementara dan duniawi, berbeda dengan dunia spiritual yang kekal di akhirat.
Secara harfiah, kata “dunya” berarti lebih dekat atau lebih rendah.
Dalam bahasa sehari-hari, dunia adalah segala urusan atau kepemilikan duniawi.
Kita manusia memang mencintai dunia.
Dan tidak ada masalah dalam mencintai dunia.
Bagaimanapun juga, ini adalah sarana untuk mempertahankan hidup kita dan melanjutkan ibadah kita.
Bagaimanapun, ini merupakan berkah bagi kita dan sarana bagi kita untuk bersyukur kepada pencipta kita.
Masalahnya muncul ketika kita menjadikan dunia sebagai tujuan dan bukan sarana untuk mencapai tujuan akhir.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dunia adalah tempat di mana kita berada untuk sementara waktu, dan semua yang ada di dunia harus dimanfaatkan atau dihindari dengan tujuan akhir untuk menyenangkan Allah.
Tujuan kita bukanlah menjadi sekaya, atau berkuasa, atau senyaman mungkin dalam hidup ini.
Hidup ini hanyalah sarana menuju akhirat dimana apa yang kita lakukan di dunia akan menentukan kedudukan kita di sisi Allah.
Dan Allah mengetahui bagaimana kita melupakan tempat dunia dalam perjalanan kita menuju akhirat. Dia mengatakan dalam Al-Qur’an:
بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ ١٦وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ ١٧
Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Al-A’la:16-17).
Ketika kita mulai mengejar dunia, demi dunia alih-alih menggunakannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan kita yang sebenarnya (ridha kepada Allah) maka itulah saat prioritas kita tercampur aduk.
Dan kita mulai menderita penyakit rohani yang serius.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdiri di hadapan para sahabat dan berkata:
Bukan kemiskinan yang aku takuti bagimu, namun yang aku khawatirkan bagimu adalah dunia yang diberikan kepadamu sebagaimana yang diberikan kepada orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu bersaing memperebutkannya, dan dunia itu akan menjadi milikmu. menghancurkanmu, sama seperti hal itu menghancurkan mereka.” (HR. Ibnu Majah).
Baca juga: Percayalah, Betapa Doamu Ampuh Wahai Ibu
Bagaimana Mengontrol Kecintaan pada Dunia?
Sebagaimana penyakit jasmani menghancurkan tubuh, demikian pula penyakit rohani menghancurkan jiwa.
Ketika kita mendahulukan cinta terhadap dunia dibandingkan cinta kepada Allah, maka penyakit-penyakit seperti keserakahan, kesombongan, rasa tidak tahu berterima kasih, iri hati, kesombongan mulai menguasai hati kita dan menghancurkan hidup kita.
Sebagai orang dewasa, kita masih terjebak dalam perangkap yang sama seperti saat kita masih anak-anak.
Iklannya mungkin lebih canggih dan teman-teman kita mungkin punya mainan yang lebih besar untuk menggoda kita bersaing, tapi semuanya sama saja.
Demikian pula obat untuk penyakit akibat terlalu mencintai dunia ini juga sama.
Ketika kita menginginkan mainan terbaru dan terhebat dan menjadi terobsesi dengan hal itu dan merasa seperti kita tidak bisa hidup tanpanya, kita dapat mencari mereka yang memiliki lebih sedikit dari kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Lihatlah orang-orang yang kedudukannya lebih rendah (keuangannya) darimu, tetapi jangan melihat orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi darimu, karena hal ini akan menjadikan nikmat (yang diberikan Allah kepadamu) tidak berarti (di matamu). (HR. Muslim).
Ketika kita merasakan dorongan untuk bersaing dengan orang lain dalam hal kekayaan materi atau harta benda, hal-hal yang tidak akan memberikan manfaat sedikit pun di akhirat, gantikan persaingan tersebut dengan persaingan dalam beramal saleh dan ilmu agama, hal-hal yang akan membangun rumah-rumah mewah dan taman-taman bagi kita di akhirat.
Sumber: aboutislam
[Sdz]