KISAH Inspiratif Panti Tahfiz Quran Tunanetra Bekasi. Tunanetra juga berhak belajar Al-Qur’an. “Di dalam hati yang buta, ada cahaya yang menyala. Di dalam jiwa yang terbatas, ada keinginan yang tak terbatas.”
Begitulah kisah inspiratif Panti Tahfiz Qur’an Tunanetra yang berdiri sejak tahun 2010 di Kota Bekasi.
Panti ini awalnya dilaksanakan di rumah Bidan Sri Mulyani, Ketua Majelis Kesehatan PCA Aisyiyah Jatiasih, yang berlokasi di kelurahan Jatikramat.
Sri yang juga Ketua Panti Tahfiz Tunanetra Aisyiyah menceritakan sejarah terbentuknya Panti Tahfiz Tunanetra ini.
“Berawal dari keprihatinan dan kepedulian terhadap para Tunanetra yang belum bisa membaca alquran, maka kami berinisiatif membuat panti Tahfiz ini,” ujar Sri, Kamis (13/02/2025) di Jaticempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi.
Dengan kapasitas awal sekitar 10-20 orang, kemudian bertambah menjadi 50-60 orang, kini panti ini telah berkembang menjadi salah satu pusat pengajian Al-Qur’an terbesar untuk Tunanetra di Indonesia, dengan jumlah peserta mencapai 81 orang.
Lokasi mengaji pun berpindah ke tempat yang lebih luas. Alhamdulillah, ada pewakaf dermawan yang mempersilakan tempatnya, yaitu di Panti Asuhan Muhammadiyah Hj. Ida Taher, yang beralamat di Jaticempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi.
Namun, perjalanan para Tunanetra untuk mencapai panti ini tidaklah mudah. Mereka harus berjuang melawan keterbatasan finansial, transportasi, dan lain-lain. Ada yang menyewa angkot demi sampai di lokasi, hanya untuk dapat belajar Al-Qur’an.
Baca juga: Tahfiz Tunanetra Aisyiyah Terima Santunan dari SMA Labschool Jakarta
Kisah Inspiratif Panti Tahfiz Quran Tunanetra Bekasi
Seperti yang dikisahkan oleh Ibu Mia (60), seorang Tunanetra asal Kranji yang harus berangkat naik angkot bersama teman-temannya demi sampai di lokasi belajar. Mia yang tidak dapat melihat dari kecil bersyukur dapat mengaji dengan alquran braille.
“Alhamdulillah sekarang ada quran braille, mau ngafalin quran jadi lebih gampang,” kata Mia yang mengaku baru hafal surat At Tiin itu.
Melihat kondisi ini, para pengurus dari Aisyiyah Jatikramat dan Pondok Gede berinisiatif menyediakan fasilitas yang memadai untuk para Tunanetra. Mereka menyediakan snacks, makan siang, dan bahkan uang transport untuk memudahkan para peserta.
Bapak dan Ibu Tunanetra peserta Tahfiz quran ini sangat bersemangat mengikuti pembelajaran dan menghafal Al-Quran. Mereka terbagi menjadi 8 kelompok muslim dan muslimah yang setiap kelompok diampu oleh satu orang guru.
Uniknya, ada dua kelompok yang diampu oleh guru Tunanetra, sepasang suami istri dari Tambun yang juga pengasuh Majelis Taklim Tunanetra Syukron Katsiran.
Supardi, guru Tunanetra, bahkan menyusun sendiri Alquran braille yang digunakannya dalam pembelajaran di Panti Tahfiz Tunanetra tersebut.
“Saya menulis buku ini panduan membaca alquran braille dengan harapan agar para Tunanetra yang sama sekali belum bisa membaca alquran menjadi bisa dan akhirnya bisa menghafal alquran,” cerita Supardi.
Di bawah bimbingannya selama setahun di Panti Tahfiz Qur’an Tunanetra Aisyiyah, sebanyak 15 orang sudah bisa membaca alquran braille dan mulai menghafal surat pendek dari Juz 30.
Kisah inspiratif Panti Tahfiz Qur’an Tunanetra ini membuktikan bahwa tidak ada batasan untuk belajar dan mengembangkan diri. Bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan, masih ada kesempatan untuk mencapai cita-cita dan menggapai mimpi.
Dalam kata-kata Bidan Sri Mulyani, “Tunanetra juga berhak belajar Al-Qur’an. Mereka memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diri dan mencapai kesuksesan.”
Mari kita dukung dan apresiasi upaya Panti Tahfiz Qur’an Tunanetra dalam memberikan kesempatan bagi para Tunanetra untuk belajar Al-Qur’an.
Semoga kisah inspiratif ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan mengembangkan diri. Ikut kontribusi untuk dakwah disabilitas di Panti Tahfiz Qur’an Tunanetra Aisyiyah Kota Bekasi, hubungi 087888317060 (Ibu Sri Mulyani).[ind]