APAKAH insting hewan lebih kuat dari akal manusia?
Pernah lihat video tentang sekelompok rubah (anjing liar hutan) mengejar buruannya?
Entah itu rusa atau zebra.
Zebra atau rusa dikenal sebagai pelari cepat yang sulit ditaklukkan oleh para pemburunya.
Jarang para predator bisa menangkap rusa atau zebra yang kecepatan larinya konon bisa mencapai 81,5 km per jam.
Sementara rubah kecepatan larinya maksimal 60 km.
Tetapi, kenapa gerombolan predator ganas itu nyaris pulang tanpa zonk, saat menaklukkan buruannya? Mereka selalu membawa hasil buruan, baik rusa maupun zebra.
Mari kita baca kasus ini dari perspektif tauhid.
Sebagai mukmin, kita pasti tak pernah ragu sedikit pun bahwa kemampuan akal kita jauh lebih hebat dari instink hewan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Terlebih lagi, manusia dilengkapi dengan ruh ciptaan-Nya (fitrah), sebuah device Robbani yang amat hebat. Sebuah piranti yang membuat level nilai penciptaan kita berada di atas seluruh makhluk-Nya yang lain.
Bahkan, malaikat sekalipun.
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan telah meniupkan Ruh (ciptaan)Ku ke dalamnya, menyungkurlah kamu kepadanya (Adam), dengan bersujud.” (QS.15:29).
Device itu menjadikan akal kita bekerja dalam kendali fitrah-Nya. Dengan kendali fitrah itulah, manusia memiliki cita-cita paripurna sebagai khalifatullah.
Baca juga: Manusia Diciptakan dengan Sebaik-baik Bentuk dengan Akal dan Hidayah
Apakah Insting Hewan Lebih Kuat Dari Akal Manusia
Ia selalu sadar (fully awarness) bahwa segala tindakannya tidak boleh menabrak rambu-rambu etika, moral, dan regulasi kebaikan apapun yang berasal dari Tuhan, maupun yang dibuat manusia.
Sepanjang itu tidak melabrak rambu-rambu Tauhid.
Dengan kata lain, kita lebih hebat dari hewan, karena hidup kita produktif dengan kerja-kerja positif dan konstruktif (amal salih).
Kita akan mengeksplorasi alam untuk dialokasikan bagi kemaslahatan umum.
Lalu merawat serta menjaganya sekuat tenaga dari praktik-pratik eksploitatif dan pengelolaan alam secara kotor, keji, dan tamak dari kelompok khianat dan rakus.
Sebab hakikat kepemilikan alam itu mutlak berada di tangan penciptanya.
We are not the real owner!
Kedudukan kita, hanya sebagai wakil Allah yang menjalankan pengelolaan alam berdasarkan aturan-Nya.
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]