SEORANG Muslim setidaknya memiliki 5 modal memasuki tahun 2023 dijelaskan oleh konselor keluarga Cahyadi Takariawan berikut ini.
Hari-hari bergulir, pekan berlarian, bulan berganti, tahunpun demikian. Seperti detik berganti menit dan mencapai jam.
Yang kita perlukan adalah usaha untuk menjadi diri yang semakin baik, dari waktu ke waktu. Memiliki kualitas kehidupan yang meningkat dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun.
Memiliki kesadaran untuk tumbuh dan berkembang, serta membangun harapan untuk masa depan yang semakin gemilang.
Ada lima modalitas kehidupan yang sangat penting untuk kita jaga. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah menasihati seseorang, dengan ungkapan:
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara.
Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu” (HR. Al Hakim).
Arahan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tersebut, telah menjadi untaian nasihat indah di antara para sahabat di awal kehadiran Islam.
Ghanim bin Qais berkata,
“Di awal-awal Islam, kami saling menasihati: wahai manusia, beramallah di waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu,
beramallah di waktu mudamu untuk masa tuamu, beramallah di kala sehatmu sebelum datang sakitmu, beramallah di dunia untuk akhiratmu, dan beramallah ketika hidup sebelum datang matimu”.
(Dinukil dari kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam).
Baca Juga: Arah Tahun Baru Kita
5 Modal Seorang Muslim Memasuki Tahun 2023
1. Potensi Usia
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengarahkan agar kita pandai mengoptimalkan masa muda untuk kebaikan.
Usia muda adalah potensi yang luar biasa. Tenaga yang kuat, fisik yang segar, otak cemerlang, hati bersih, dan semangat membara.
Saat tua, fisik pasti sudah tidak sekuat anak muda. Pikiran tidak secemerlang saat masih muda. Tenagapun semakin mengendur.
Maka gunakan masa muda untuk banyak melakukan kebaikan, untuk banyak beramal salih di berbagai bidang kehidupan.
2. Potensi Kesehatan
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengarahkan agar kita pandai mengoptimalkan masa sehat untuk kebaikan.
Sehat itu sesungguhnya sangat murah, sedangkan sakit sangatlah mahal –biaya pengobatan dan penyembuhannya.
Di saat sehat, gunakan untuk berbagai kebaikan, karena akan lebih banyak yang bisa dilakukan. Berbeda dengan mereka yang sakit, sangat terbatas kegiatan yang bisa dilakukan.
Maka gunakan kesehatan untuk kebaikan, untuk amal salih di berbagai bidang kehidupan.
3. Potensi Kekayaan
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengarahkan agar kita pandai mengoptimalkan masa kaya untuk kebaikan.
Kaya tidak selalu memiliki dana milryar atau trilyun. Namun memiliki kelebihan dari kebutuhan pokok, sudah termasuk kategori kaya.
Pada orang miskin yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokok, kondisinya tentu sangat terbatas.
Maka gunakan kekayaan untuk kebaikan, untuk amal salih di berbagai bidang kehidupan.
4. Potensi Waktu
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengarahkan agar kita pandai mengoptimalkan masa senggang untuk kebaikan.
Cermatlah menemukan waktu senggang –mungkin hanya satu jam dalam sehari yang luang, 23 jam lainnya sudah penuh kesibukan.
Mereka yang didera kesibukan tanpoa jeda, sudah sulit untuk melakukan hal-hal lain di luar rutinitasnya.
Maka gunakan waktu luang hanya untuk melakukan kebaikan, untuk melakukan amal salih di berbagai bidang kehidupan.
5. Potensi Kehidupan
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengarahkan agar kita pandai mengoptimalkan masa hidup untuk kebaikan.
Pada masa pandemi, betapa banyak warga masyarakat wafat tersebab corona. Kita yang masih diberi kehidupan, hendaknya bersyukur.
Mereka yang sudah meninggal dunia, tidak bisa lagi mengucap taubat, tidak bisa lagi membayart utang, tidak bisa lagi meminta maaf, tidak bisa lagi melakukan ibadah.
Maka gunakan kehidupan untuk kebaikan, untuk beramal salih di berbagai bidang.[ind]