ChanelMuslim.com- Awan merupakan benda langit yang paling sering dilihat orang. Siang maupun malam, awan bisa tampak oleh siapa pun yang ada di bumi, walau tanpa alat apa pun.
Awan bisa berwujud aneka bentuk, aneka warna, dan aneka kesan. Orang bisa berimajinasi bahwa awan bisa berbentuk gajah, bola, dan lain-lain. Awan bisa berwarna putih seperti kapas, bisa juga abu-abu kehitaman. Dan tentu saja, wujud dan warna awan bisa memunculkan berbagai kesan.
Ketika putih, awan menjadi penghias langit di kala panas nan gersang. Ia membayang-bayangi terik sinar matahari menjadi tidak sepanas aslinya. Sejuk, nyaman, dan meneduhkan.
Ketika abu-abu kehitaman, awan menjadi sesuatu yang menakutkan. Ia membangkitkan imajinasi horor tentang “teror” alam yang bisa berwujud apa pun: petir yang menyambar, hujan lebat yang membawa banjir bah, dan angin “monster” yang menghancurkan apa saja yang dimiliki manusia.
Menjadi Ibu seperti Awan
Ibu adalah cinta. Ibu adalah sekolah. Ibu adalah polisi yang mengawasi dan menghukum. Dan ibu adalah sosok tua yang menumbuhkan simpati dan pengorbanan.
Dalam berbagai perannya, ibu adalah ibu. Ia tidak berubah dari yang lembut menjadi kasar dan galak. Ia tidak berubah dari cinta menjadi bencana.
Dalam berbagai bentuknya, ibu adalah cinta: meneduhkan dari panasnya nafsu duniawi, mengawasi agar tidak terpesong dari rel yang lurus, dan menghukum agar kesalahan tidak terulang kesekian kali.
Baik ibu maupun awan, keduanya bermuara pada keteduhan dan kesejukan. Walaupun dalam menuju muara itu berbagai imajinasi buruk muncul, beraneka prasangka bertebaran.
Buah karya ibu pada akhirnya akan terasa nyata, bernilai, dan memberikan kepastian. Seperti halnya awan yang berujung pada hujan yang menyejukkan dan menumbuhkan benih-benih berkahnya kehidupan.
Seperti halnya awan, orang akan benar-benar menghargai ibu ketika sosoknya tak lagi ada. Tinggallah panas kehidupan yang terus memanggang kesabaran, cinta, dan kasih sayang.
Menjadi ibu seperti awan, seperti mengolah cinta dengan berbagai peran rupa dan gaya. Tapi menuju ke satu arah: cinta itu sendiri. (mh)