ChanelMuslim.com – Assalamualaikum, Ustaz bagaimana hukumnya mengkhitbah seorang wanita yang masih dalam masa iddah?
Jawaban:
Wa’alaihimussalam wa Rahmatullah ..
Masalah ini perlu dirinci dulu:
1. ‘Iddah karena suami wafat, atau thalaq ba’in (thalaq 3), atau fasakh (pembatalan nikah).
Maka yang seperti ini boleh dikhitbah TAPI dengan bahasa sindiran, seperti “Wanita sepertimu tidak sewajarnya hidup sendiri,” .. “Saya ingin nikah, adakah wanita yang mau?” Bukan dengan bahasa yang lugas, seperti: “Saya mau melamar kamu”, ini tidak boleh.
Baca Juga: Sebelum Mengkhitbah Perhatikan Hal-Hal Berikut
Hukum Mengkhitbah Wanita di Masa Iddah
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُمْ بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنْتُمْ فِي أَنْفُسِكُمْ
Dan tidak ada dosa bagimu meminang perempuan-perempuan (yang di masa ‘Iddah itu) dengan sindiran atau kamu sembunyikan (keinginanmu) dalam hati. (QS. Al-Baqarah: 235)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’diy berkata:
فيحرم على غير مبينها (زوجها) أن يصرح لها في الخطبة, وهو المراد بقوله : ( وَلَكِنْ لَا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا )
وأما التعريض, فقد أسقط تعالى فيه الجناح.
Diharamkan bagi selain suaminya secara terang-terangan hendak mengkhitbahnya. Inilah maksud firman-Nya: “Dan janganlah kamu membuat perjanjian (hendak nikah) dengan mereka secara diam-diam.”
Ada pun jika dengan sindiran, maka Allah telah hilangkan larangannya. (Tafsir As Sa’diy, Hlm. 106)
2. ‘Iddah karena thalaq raj’iy, yaitu thalaq yang masih bisa kembali (thalaq 1 dan 2).
Ini TIDAK BOLEH dikhitbah saat masih ‘iddahnya, baik dengan bahasa sindiran atau terang-terangan, sebab masih ada kemungkinan kembalinya suami kepadanya.
Dalilnya:
وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلاحا
Dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. (QS. Al-Baqarah: 228)
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:
إن كانت المرأة معتدة من طلاق رجعي ، فلا يجوز التعريض لها بالخطبة ؛ لأن الرجعية لا تزال زوجة
Jika seorang wanita ‘Iddah karena thalaq raj’iy (1 dan 2), maka tidak boleh meminangnya dengan bahasa sindiran, sebab wanita yang di-thalaq raj’iy masih statusnya sebagai istri.
(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 93237)
Masih sebagai istri maksudnya suaminya masih bisa merujuknya. Walau demikian, mereka tidak boleh seranjang dan tidak boleh berhubungan badan sebelum rujuk.
Demikian. Wallahu a’lam
(ind/alfahmu)