Chanelmuslim.com – Hal pertama yang harus aku lakukan adalah buka jendela di pagi hari dan ketika itu terjadi timbulkan masalah baru, gagang untuk buka jendela patah, dan aku bingung musti benerinnya kemana dan gimana?
Subuh di perth kata anakku pukul 4.30 am, negeri tanpa adzan, dan kebetulan jam adzan mati pula, anakku lagi gak sholat kabarnya sehingga kebutuhan buat ganti batere jam adzan tuh lagi gak ada. Begitulah anak-anak melakukan peraturan kalau ada keperluan bukan peraturan dijadikan kebiasaan, ehmm… orang dewasa juga kan?! Kadang aku dapatkan jam dinding di suatu tempat dari sejak aku datang sampai aku pulang tetap saja pada pukul 8 pagi, berapa jam kemudian pun tetap jam 8 juga, wahai…istiqomah nian antum, sampai 2 jam dinding di ruangan antum tidak berubah sedikitpun!
Disini apa-apa sendirian, kalau aku lagi kesal aku suka ngedumel “negeri yang dikutuk,” haha… karena dari sejak masuk negeri ini sampai pulang yang ada adalah semua aturan Islam di langgar. Misal dari toilet yang gak ada air buat taharah sampai perkelahian di pagi hari antara suami istri yang berakibat beberapa perempuan menangis di luar rumah karena diusir suaminya/pacarnya. Dan 2 yang terakhir dari sejuta cerita lainnya adalah khamr dijual di setiap pelosok toko dengan baunya yang merebak sampai ke kedai sebelah, serta perzinahan merajalela dimana-mana, dan buat mereka “love is zina” gak ada cinta kalau gak berzina.
Tahu gak hadist Rasulullah yang mengatakan “40 rumah akan kena dampak buruk perzinahan dari rumah yang ada orang berzina nya ‘ – ( cariin dong hadistnya ..’ poke @ para Ustads) –
kalau ingat hadist ini, mati aja aku, karena tetangga depan rumah ganti-ganti pasangan mulu, juga sebelah kiri rumah nii kayaknya ‘hombre’ deh… (sesama jenis; koala suka koala).
Udah deh cerita yang lain saja.
Kembali soal sendirian, iyaa disini ngerjakan apa-apa sendirian, dari nyuci baju, masak, bersihkan toilet, benerin ganteng jatuh, masang wallpaper semua sendirian. Gak bisa manggil tukang , gak ada pembantu gak ada supir, kalau udah kayak gini, kita orang Indonesia yang tinggal di sini bilang “Indonesia tuh surga deh…” yaa kayak aku, kalau di Indonesia kan, baru bergerak dikit sudah banyak yang siap mau nolong, hatta sampai membawakan tas segala. Disini sih boro-boro deh sekarang saja aku musti nge-plan apa dulu yang musti di beresin, dikerjain sehubungan hari ini aku ada acara dakwah dari pukul 10 pagi sampai 4 sore plus enrolment ke kampus yang sudah hampir 2 tahun ku tinggalkan dan anakku minta dibawakan pula masakan Indonesia karena ada traditional festival day di sekolahnya. Namun sudah hampir pukul 7 pagi, cinderella belum beraksi, masih leyeh-leyeh periksa gadget.
Jadi wajar kan kalau aku senang banget bila ada tamu yang dating, berharap ada yang bantuin, minimal bantu nyapu dan lain lain. Cuma dulu sempat kesal ketika ada tamu yang datang dari Indo dan minta diperlakukan seperti tamu, semua ingin dilayani, aku jadi kesal “udah aku bayarin, aku buatkan visa, aku kursus-in pula, aku anter jalan-jalan, aku masakin, masak musti aku juga yang nyuci piring diaa..?”
Yaa sejak itu aku bikin peraturan “yang mau datang ke Australia dan tinggal dirumahku, wajib bantu!” Kita harus peka terhadap kondisi orang lain, jangan melihat kita dari sisi kita tapi juga harus melihat dari sisi orang lain. Kapan lalu pernah aku melihat seorang guru yang berjalan lunglai kembali ke kelasnya karena gak dapat jatah makan siang dari sekolah (alias kehabisan), padahal kalau dihitung semua cukup kok, tapi kok ya bisa kehabisan, tentu saja akhirnya guru tersebut mengajar kembali dengan perut sakit dan kesal. Setelah diselidiki ternyata ada guru yang datang di awal -mengambilkan jatah makanan buat kawan selevelnya, tapi dengan jumlah kebanyakan dan malas untuk mengembalikan yang kelebihan itu-.
Hmm, kalau kita bisa menjadi orang yang peka yang mau mikirin orang lain, yang berfikir dari sisi orang lain bukan dari sisi kita, maka antara kau dan aku hanya ada ‘cinta’ enak kan ..?
Orang bule aja punya motto-nya, aku lupa tepatnya kalau gak salah “stand in other shoes” -berdiri dari tempat dia berdiri- (something like that). Kita bersikap seolah-olah kita adalah dia, atau “kalau aku jadi dia, gimana rasanya” maka akan timbul emphaty dan emphaty itu perlu agar tidak lagi ada masalah yang buntu.
Yaa kalau belum nyampe sampai pada tingkat itsar (dahulukan kepentingan yang lain) kita bersikap emphaty aja dulu deh. Bersikap tidak merugikan orang lain dulu, ini pendapatku.
(43,Russel Street – East Cannington, Perth)