TAK ada azan di Perth. Dingin. Sepi. Itulah Perth di pagi hari. Subuh juga gak jelas jam berapa. Winter gini kata anakku subuhnya hampir pukul 05.45 pagi.
Apalagi di masjid Turki yang mazhabnya Imam Hanafi, shalat jamaah baru di mulai pukul 06.15 pagi.
Wew... bangun kepagian dong. Ya habis, enggak ada azan, kita cuma mengandalkan jam azan yang beli di pasar Makkah lima tahun lalu. Yang bunyinya cuma nyampe ke ruang makan.
Kalau itu mati, maka totally kami enggak dengar azan kecuali masang ring tone azan di hape.
Anak muslim di negeri Barat enggak merasakan indahnya suasana pagi orang bergegas ke masjid setelah azan berkumandang di pagi yang ceria. Menandakan kesibukan akan bermula.
Azan itu kayak bel kita di sekolah yang menunjukan bahwa kita harus berhenti ini mulai itu. Dan juga yang ngumpulin kita untuk berbuat sesuatu dan yang mengakhiri sebuah kegiatan.
Kadang kita kerja atau rapat nunggu sampai azan ashar berkumandang. Gitu khan?
Baca Juga: Jangan Lihat Mam Fifi Enak Jalan-jalan
Tak Ada Azan di Perth
Yang aku salut sang muazin bisa gitu loh disiplin dan tepat waktu.
Kebayang enggak kalau beliau ketiduran maka subuh kayak berlalu aja gitu tanpa azan. Atau kebayang enggak ketika sudah waktunya mau, azan istrinya ngomel atau anaknya sakit. Nah gimana tuh!
Azan itu indah dan mengasikan serta sudah menjadi tradisi. Kita sudah biasa dengarnya dari kita masih kecil dengan hiruk-pikuk.
Sedikit suara tukang roti yang lewat juga suara ayam kukuruyuk dan gemericik air wudhu serta buka tutup pintu ayah ke masjid dan lain-lain, serta jerangan suara teko.
Itu adalah nuansa yang enggak bisa dihilangkan dari hidup kita di Indonesia dan di mana pun ranah Melayu.
Azan dan semua komplimentnya tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Yang memang harus kita sikapi adalah suara azan yang tiba-tiba dan ngagetin, maka baiknya ada suara alunan ayat Alquran dulu dengan suara yang lembut saja.
Lalu azan dan kemudian bila ada ceramah dan lain-lain tidak usah speaker besar menghadap keluar dan membuat banyak orang terganggu.
Apalagi yang punya bayi. Apalagi yang ada jompo. Apalagi yang lagi sakit gigi.
Jadi menurut saya, tidak ada pelarangan terhadap suara azan tapi tetap saja azan ada adabnya. Ada aturannya.
Saya pernah lagi sakit dan tidur di rumah mertua saya ketika malam takbiran terus menerus bertalu-talu dengan speaker yang sangat besar dari Isya sampai subuh terus terang suara berisik speaker bikin saya enggak bisa tidur.
Saya mah enggak apa karena saya memang senang dengar alunan takbiran tapi bagi yang warga non muslim kan mungkin terlalu lama bila mendengarkan dengan suara yang sangat keras dan bertalu-talu seperti itu.
Nuansa syahdunya juga khawatir hilang.
Pahami saja, toh kita juga tidak mau dengar suara lagu kerohanian yang dipasang keras-keras berjam-jam yang masuk ke rumah kita.
Itu saja yang saya pahami tapi kalau ada yang kurang suka dengan suara keras azan yang memecah kesunyian pagi memang enggak usah juga sih maki-maki. Atau sudah negur kali ya tapi enggak ditanggapi.
Kayaknya kita perlu lagi belajar untuk emphaty pada orang lain tapi tetap tidak meninggalkan hal yang syar’i.
Kurasa bukan azannya yang dilarang, hidup tanpa azan dunia hampa loh. Bukan azannya yang dilarang tapi kalau bisa diatur agar suara-suara setelah azan tidak mengganggu sangat tetangga di luar sana.
Tunjukkan Islam itu indah dan suara azan itu menyenangkan. Dan bukankah dakwah itu sebaiknya merangkul bukan memukul.
Kumandang azan amat sangat dirindukan, terutama bagi muslim yang hidup di negeri Barat. Tanpa azan sebetulnya hidup itu hampa. Ibarat udah dingin tambah dingin. Dan itu bukan kita.
Dari Malik bin Al-Huwairits, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila waktu shalat telah tiba, maka hendaklah salah seorang di antara kamu azan untuk (shalat)-mu, dan hendaklah yang tertua di antara kamu bertindak sebagai imam bagi kamu”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hlm. 37]
(Catatan Mam Fifi, Agustus 2018)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Jakarta Islamic School (JISc)
Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS)
Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: