HATI-HATI dengan amanah. Pulang kerja: “Umi besok nyoblos siapa Mi?”.
Umi: “Ben maunya siapa?”.
Ben: “Enggak tahu. Terserah Umi. Itu saja Mi yang teman Umi ..”
Cuma Umi dan anak-anak lajang beda tenpat pencoblosannya sebab beda KTP hehe beda RT.
Yup, habis nyoblos besok kita jalan-jalan makan mie ayam langganan Umi di Pasar Baru. Lalu santai, belanja handuk yang sudah mulai mengeras dan pasta gigi yang hampir habis. Baju kaus anak-anak, sandal jepit, sabun mandi anak-anak dan mbak-mbak, balpoint dan kertas hvs buat di rumah. Lalu mau ziarah ke makam orangtua. Sekalian makan toge goreng di bawah pohon dekat makam di Bogor.
Oh ya, mau nengokin guruku yang suka bolu pandan dan beli bunga untuk nenek yang tinggal di sebelah rumah guruku. Guru ruhani yang suka minjamin aku buku ..
Lalu, aku santai rebahan sambil main hape, di wa grup di mana-mana banyak yang ribut soal jagoan masing-masing. Ada yang bilang ah itu hoax dan ada yang sepakat untuk memilih si ini dan si itu. Aku termenung.
Kalau mau jujur, siapapun yang terpilih apakah ada effect pada kehidupanku keseharian, aku yang menanggung semua kehidupan anak-anakku, sendirian. Juga menannggung nafkah ratusan karyawanku dan harus ada setiap bulan tepat pada tanggal 28, juga pajak yang banyak, juga pembangunan dan renovasi yang bertubi-tubi.
Silih berganti, belum lagi vendor dan kontraktor yang kabur uangnya habis tapi bangunan enggak jadi-jadi. Malah galakan dia ketika ditagih. Yaa Allah .. ke mana harus mengadu. Jeritan rakyat pada hidup keseharian.
Baca juga: Cara Memilih Pemimpin, antara Amanah tapi Kurang Profesional atau Profesional tapi Kurang Amanah
Hati-hati dengan Amanah
Aku teringat kisah seorang sahabat yang diserahi tugas untuk menjaga gudang tempat disimpannya gonimah, lalu sahabat ini menemukan sebuah baju perang yang gagah, lalu dicobanya dan dipakai, nampak indah dan fit di badan, dia berfikir: “Kalau dipakai si anu kekecilan tangannya, dipakai si itu kebesaran kakinya, maka ini sangat cocok untukku”.
Kemudian, selama peperangan beliau menggunakan baju itu berkali-kali dan menang dan menang. Sampai akhirnya beliau meninggal dunia, lalu para sahabat berebut ingin menguburkan dengan cara syahid. Tapi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mencegah dan beliau mengatakan: ”dia tidak layak disebut syahid. Karena menggunakan barang yang bukan miliknya. Tidak amanah!”
Subhanallah. Memang soal amanah ini berat.
Banyak orang yang berani pakai barang orang, dengan santai, menggunakan uang orang lain, menggunakan barang yang bukan haknya.
Ada lagi kisah, di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyolatkan jenazah, yang beliau tanya adalah: “apakah si mayit punya utang?”
Ketika beliau menyolatkan mayyit yang ketiga dan si mayit punya utang maka beliau lepas diri dan menyatakan: “aku tidak mampu mensholatkan mayyit ini.”
(Buku Mukhasyafatul Qulb).
Ah, banyak orang yang meremehkan soal utang, uang dan barang. Tidak amanah.
Padahal yang susah dirinya sendiri di akhirat tidak diterima.
Hati-hati dengan amanah .. untuk diri saya sendiri dan kepada siapapun. Jangan memakai milik orang lain. Kembalikanlah.
Apalagi bagi seorang pemimpin, jangan sampai menggunakan yang bukan haknya mentang-mentang jadi pemimpin.
Kesempatan mendapatkan amanah dan pahala bila amanah. Menjadi pemimpin bukan hanya bicara soal jabatan tapi yang terpenting amalan yang amanah.
Dijelaskan dalam buku Usul Fikih Hukum Ekonomi Syariah oleh Imron Rosyadi dkk bahwa hukum mengambil hak orang lain adalah haram!
Mengambil hak orang lain merupakan perbuatan yang merugikan bagi seseorang yang diambil haknya. Perbuatan ini sama halnya dengan mencuri barang milik orang lain. Seseorang yang mengambil hak orang lain sama saja telah berbuat zalim.
Hati-hati dengan doa orang yang dizalimi.
Ada sejumlah doa yang disebut mustajab atau kecil kemungkinan tak dikabulkan. Salah satunya doa orang terzalimi.
Mustajabnya doa orang terzalimi disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Aslam bahwa Umar RA menjadikan seorang budaknya yang bernama Hunay untuk menjaga himaa (tempat penggembala ternak). Umar berkata, “Wahai Hunay, janganlah kau menzalimi orang-orang muslim dan takutlah dari doa orang yang terzalimi, karena sesungguhnya doa orang yang dizalimi terkabulkan.”
Note: Tulisan ini untuk orang-orang yang menzalimi saya (yang memakai uang saya tapi barangnya tidak ada – bahkan lebih galak dari saya dan nantangin ke pengadilan), hati-hati dengan uang haram yang Anda pakai. Kasihan anak istrimu makan uang haram. Uang bangunan diambil tapi bangunan tidak dibuat juga sudah dua tahun. Kembalikanlah uang umat. Sampai di akhirat saya enggak ridho. Selamat makan uang haram. Selamat hidup susah .. ~ dunia akhirat.