TAHUKAH kamu istilah Gaslighting? Apakah kamu pernah berhubungan dengan orang yang menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan membuat hati tertekan, entah itu dalam pertemanan atau dalam pernikahan?
Ketua Hikari Parenting School Hifizah Nur, S.Psi., M.Ed. menjelaskan mengenai kondisi ini. Kalau kamu pernah merasa sangat tertekan saat berhubungan dengan orang lain, mungkin kamu sedang mengalami gaslighting.
Gaslighting adalah cara-cara jahat yang dilakukan oleh seseorang, yaitu pelaku secara sadar atau tidak, mencoba untuk membuat korban merasa bahwa reaksinya, persepsi, ingatan, dan keyakinannya tidak hanya salah, tetapi sama sekali tidak rasional, sangat tidak berdasar bahkan sampai dianggap kurang waras (Abramson, 2014, hlm. 2).
Gaslighting adalah teknik untuk mengontrol seseorang yang membuat korbannya berada dalam bayangan realitas yang berubah, mereka mempertanyakan persepsi dan ingatan mereka sendiri.
Dengan menciptakan kekacauan psikologis, pelaku menjadi pihak yang dominan dalam hubungan, dan sang korban menjadi semakin tertindas.
Baca Juga: Cara Mencegah Kejahatan Seksual Berdasarkan Al-Qur’an
Mengenal Gaslighting, Cara Jahat yang Menimbulkan Rasa Tidak Nyaman dalam Hubungan
Mereka sering menggunakan taktik triangulasi, yaitu berbicara melalui orang lain daripada secara langsung, berusaha menjauhkan korban dengan orang lain, dan mendorong perpecahan antara korban dengan orang-orang yang disayanginya (Sarkis, 2018).
Gaslighting yang manipulatif juga digambarkan sebagai tindakan menghindari bukti yang mendukung kesaksian korban, dan melabeli korban sebagai orang yang memiliki gangguan psikologis atau kognitif (Stark, 2019).
Untuk tujuan ini, pelaku biasanya menggunakan pernyataan seperti “Kamu terlalu sensitif”; “Kamu gila”; “happy aja dong”; “Kamu butuh bantuan”; dan “Aku hanya bercanda.”
Teknik gaslighting sering disebabkan pada ketidaksetaraan sosial di mana stereotip digunakan sebagai cara untuk menyerang kelemahan tertentu pada seseorang(Manis, 2019).
Misalnya, seorang suami yang melakukan gaslighting mungkin mengkritik istrinya karena terlalu emosional ketika sang istri kesal dengan manipulasinya, dan terlalu sensitif dalam menanggapi leluconnya yang berfokus pada gender/pelecehan.[ind]