ChanelMuslim.com- Literasi dakwah menyasar seluruh lapisan masyarakat dan dunia pendidikan tidak terkecuali para pendakwah. Untuk itu program literasi digital “Indonesia Makin Cakap Digital” hadir kembali menggelar kegiatan diskusi virtual dengan tema “Dakwah yang Ramah di Internet” pada Rabu, (16/06/2021).
Program ini diselenggarakan atas inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siber Kreasi bersama Dyandra Promosindo. Kolaborasi ketiga lembaga tersebut dikhususkan pada penyelenggaraan Literasi Digital di wilayah Sulawesi.
Baca Juga : Melek Digital bagi Pendakwah Bukan Lagi Pilihan tapi Keharusan
Pembicara pertama dalam diskusi virtual ini adalah Aktivis Kebhine Aan Anshori yang membawakan materi “Pemanfaatan Internet untuk Menyebarkan Konten Positif bagi Pemuka Agama”.
Menurutnya, berdakwah di dunia digital tidak hanya membutuhkan sikap yang ramah. Tapi, setiap pendakwah yang baik harus terlebih dahulu meluruskan niat dan tujuan, untuk apa dirinya berdakwah di media sosial dan internet.
Sebab, dakwah yang menyesatkan terkadang bisa juga dibawakan oleh seseorang dengan cara ramah.
“Jika kita ingin membakar Indonesia dengan kebencian bisa saja dilakukan hanya bermodalkan media sosial. Tapi, apakah itu tujuan dakwah? Untuk menghancurkan? Tentu tidak. Dakwah itu harusnya mengajak orang menuju kebaikan. Karena dari yang saya tahu, dakwah itu sifatnya mengajak, bukan memaksa,” ujar Aan.
Sementara itu, Dosen KPI UIN Alauddin Makassar Abd Rohim, mengambil tema “Bijak di Kolom Komentar”.
Ia menjelaskan, media sosial ibarat pisau bermata dua, ketika digunakan secara positif maka hasil yang akan dituai juga positif, begitu pun sebaliknya.
Oleh sebab itu, para warganet diimbau untuk selalu bijak dalam beraktivitas di media sosial termasuk dalam berkomentar.
Menurut dia, dalam berkomentar tentang isu agama sebaiknya warganet menghindari kata mayoritas dan minoritas.
Sebab, pandangan tersebut justru akan menjebak pengguna media sosial dalam persepsi yang sempit.
“Sosialisasi UU Nomor 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) perlu juga digalakkan lagi sehingga masyarakat akan lebih memahami dampak negatif dan konsekuensi di media sosial,” kata Abd Rohim.
Webinar ini juga menghadirkan Dicky Sofjan yang membawakan tema “Literasi dalam Berdakwah di Dunia Digital”.
Sejatinya, literasi agama adalah bukanlah tuntutan seseorang untuk belajar tentang agama lebih dalam lagi, tapi lebih pada belajar tentang bagaimana beragama. Dengan begitu, sikap toleran dan menghargai kepercayaan agama lain akan timbul dalam bermedia sosial.
Literasi digital dan pemahaman akan cara beragama di dunia maya dapat memitigasi perihal polarisasi di masyarakat yang dihasilkan dari efek ruang gaung.
Dicky meyakini para pemuka agama dan jejaringnya dapat menjadi ujung tombak penyebaran nilai-nilai keagamaan yang damai, progresif dan sesuai cita-cita bangsa dan negara.
Baca Juga : Pintar Dampingi Anak di Dunia Literasi Digital
Materi terakhir disampaikan oleh Co-Founder The Agency ES & Frodigi Digital Agency Andhika Fachrozi Muhadi yang mengambil tema “Tips dan Pentingnya Internet Sehat”.
Ia mengatakan, setiap kiriman status ataupun konten di media sosial akan menjadi jejak digital dan ini sesuatu yang sulit bahkan tidak bisa dihapus.
“Adapun hal-hal yang bisa mempengaruhi jejak digital kita, di antaranya reputasi dan nama baik, prospek kerja dan jenjang karir, hubungan sosial, serta reputasi orang lain di sekitar kita,” tutupnya. [Wmh]