PENULIS asal Irlandia sekaligus pengarang buku terlaris, Sally Rooney, menyatakan akan terus menyumbangkan sisa pembayaran dari adaptasi novelnya untuk mendukung kelompok Palestina Action, meskipun organisasi tersebut telah dilarang oleh pemerintah Inggris.
Dalam tulisannya di Irish Times pada hari Senin (18/8/2025), Rooney mengecam keputusan Inggris yang mengklasifikasikan Palestine Action sebagai “organisasi teroris.”
Ia menegaskan komitmennya terhadap kelompok tersebut, bahkan setelah lebih dari 500 orang ditangkap dalam aksi protes di London yang menuntut pencabutan pelarangan tersebut.
“Aku tetap mendukung Palestine Action. Jika menurut hukum Inggris itu menjadikan aku ‘pendukung teror’, maka biarlah,” tulisnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Rooney dikenal secara internasional berkat adaptasi serial BBC tahun 2020 dari novel Normal People, yang kemudian disusul oleh adaptasi Conversations with Friends pada 2022.
Ia menjelaskan bahwa ia menerima bayaran residual dari penayangan karya-karyanya dan akan menggunakan dana tersebut untuk mendanai gerakan solidaritas terhadap Palestina.
“Buku-buku saya masih tersedia luas di Inggris, dijual di toko buku dan supermarket. Dua adaptasi karya saya ditayangkan oleh media penyiaran publik Inggris, dan mereka membayar saya secara berkala. Saya berniat menggunakan uang itu dan juga platform publik saya untuk mendukung aksi langsung melawan genosida dan mendukung Palestine Action semampu saya,” jelasnya.
BBC menanggapi dengan menyatakan bahwa Rooney bukan bagian dari staf mereka, dan bagaimana ia menggunakan penghasilannya adalah hak pribadinya.
Penulis Buku Terlaris Irlandia Mengatakan Akan Mendukung Aksi Palestina Meskipun Ada Larangan Pemerintah
Sementara itu, Jilan Wahba Abdalmajid, Duta Besar Palestina untuk Irlandia, memuji Rooney atas sikapnya.
Ia menyampaikan harapan agar suara-suara seperti milik Rooney mendorong tindakan nyata untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia dan genosida di Palestina, serta mengakhiri pendudukan dan pemindahan paksa oleh Israel.
Pemerintah Inggris mulai merencanakan pelarangan terhadap Palestine Action pada Juni, berdasarkan Undang-Undang Terorisme 2000, setelah sejumlah aktivis kelompok tersebut menyemprotkan cat ke pesawat militer di sebuah pangkalan Angkatan Udara Kerajaan.
Aksi tersebut kini tengah diselidiki oleh kepolisian antiterorisme.
Parlemen Inggris (baik di House of Commons maupun House of Lords) menyetujui pelarangan tersebut pada bulan Juli.
Palestine Action menyebut dirinya sebagai jaringan aksi langsung yang menargetkan perusahaan-perusahaan yang mendukung militer Israel.
Keputusan Inggris untuk melarang kelompok ini telah menuai kritik internasional, termasuk dari Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia dan pelapor khusus PBB untuk isu antiterorisme dan hak asasi manusia.
Pengadilan Tinggi Inggris juga memberikan izin kepada salah satu pendiri kelompok, Huda Ammori, untuk mengajukan peninjauan hukum secara penuh terhadap keputusan pelarangan yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper.
Dalam waktu yang bersamaan, pemerintah Inggris juga meningkatkan tindakan represif terhadap demonstran pro-Palestina, dengan menangkap lebih dari 500 orang dalam berbagai aksi protes yang mendukung perjuangan rakyat Palestina.[Sdz]