SENI membuat anak patuh pada orangtua. Seringkali orangtua merasa lelah karena anak tidak mau menuruti orangtua. Pada praktiknya, saat orangtua marah, perkataan yang keluar dari mulut tidak bisa terkontrol.
Sementara, jika orangtua bicara baik-baik saat marah, anak-anak malah melecehkan dan jadi menertawakan. Kondisi ini membuat orangtua merasa susah sekali membuat anak menurut, baik dengan cara lembut ataupun kasar.
Dalam Kulwap Tumbuh yang diselenggarakan oleh Rumah Pintar (Rupin) Aisha, Kamis (27/5/2021), Randy Ariyanto Wibowo dan Dyah Lestyarini pendiri Rupin Aisha mengatakan agar para Ibu memperbaiki mindset tentang keyakinan.
“Jangan merasa seolah-olah Bunda sudah tidak yakin kalau anak akan menurut apa yang Bunda katakan. Seolah-olah dalam diri Bunda sudah ada keyakinan, anak pasti membangkang, pasti menjengkelkan, pasti menyepelekan dan sebagainya,” kata Dyah.
Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. “Aku sesuai dengan prasangka hamba kepada-Ku” (Muttafaqun ‘Alaih).
“Apa yang terus kita yakini akan menjadi kenyataan dalam kehidupan kita. Ini adalah hukum pasti, sebagaimana hukum pasti yang lain misalnya hukum medan magnet, hukum gaya gravitasi bumi dan sebagainya. Begitulah adanya, apa yang kita yakini akan menjadi kenyataan dalam kehidupan kita di dunia realita. Jadi dapat disimpulkan bahwa kita sendiri yang mengendalikan kehidupan kita melalui keyakinan,” tambah Dyah.
Baca Juga: Adab Membawa Anak Bertamu
Seni Membuat Anak Patuh pada Orangtua
Agar lebih mudah memahaminya, Randy dan Dyah mencontohkan saat seseorang berutang. Hal yang ada di dalam pikirannya adalah utang, utang, utang. Maka, selamanya ia akan terus punya utang sebab apa yang ia pikirkan, diproyeksikan dalam dunia realita.
“Sama halnya jika kita punya masalah, yang ada dalam pikiran kita adalah masalah, masalah, masalah. Maka, selamanya kita akan mendapatkan berbagai masalah disebabkan pikiran kita sendiri yang terus berpikir masalah sehingga menarik masalah-masalah yang lain hadir dalam kehidupan realita. Hidup jadi penuh masalah,” jelas Randy dan Dyah yang sama-sama berprofesi sebagai ASN.
Jika kita berpikir bahwa hidup ini sulit, hidup kita akan benar-benar sulit. Kesulitan akan datang silih berganti, terus menerus dan tidak pernah putus. Hal itu disebabkan karena kita selalu berpikir bahwa hidup itu sulit. Misalnya lagi kita berpikir sakit, sakit, sakit, maka setiap hari ada saja rasa sakit yang dikeluhkan dan dirasakan, sebab pikiran kita sudah terprogram untuk selalu berpikir sakit sehingga direspon oleh tubuh, oleh hormon dalam tubuh dan benar, kita akan benar-benar sakit.
Siapa yang menciptakan utang, masalah, kesulitan dan sakit, ya kita sendiri. Jika orang berpikir utang dan utang, maka sampai meninggal dunia, kemungkinan besar ia akan meninggal dalam keadaan berutang.
“Jadi kalau menurut saya, pertama kali yang harus bunda lakukan adalah mengubah keyakinan dulu. Meskipun realitasnya itu tidak seperti yang kita yakini, tidak apa-apa kita harus terus berpikir positif dan meyakinan hal – hal yang positif. Yakini bahwa anak kita adalah anak yang baik dan menuruti kata-kata kita sebagai orang tua,” tegas Dyah.
Lalu, yang perlu orangtua lakukan adalah bersyukur atas keberadaan anak. Ucapkan dalam hati sesering mungkin kata-kata seperti ini.
“Alhamdulillah anakku penurut. Allah Maha Baik, mengaruniaiku anak yang rajin, sholeh dan patuh. Aku bahagia sekali memiliki anak yang sayang kepada Ayah Bundanya. Alhamdulillah, Allah hadirkan anak ini untuk menemani kehidupanku,” kata Dyah.
Orangtua merasakan dengan penuh kesyukuran akan keberadaan anak menemani kita. Rasakan dengan penuh rasa syukur apa kelebihan yang anak miliki.
“Insya Allah, jika kita sudah pandai bersyukur atas keberadaan anak, Allah akan menambah kenikmatan kepada diri kita, besar kemungkinan tambahan kenikmatannya itu berupa perubahan pada anak kita menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut sesuai dengan janji Allah berikut ini: ‘Jika kalian bersyukur, akan Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian’ (QS. Ibrahim: 7),” tambah Dyah.
Setelah orangtua berproses untuk meyakini bahwa anak adalah anak yang baik, penurut, sholih, menyenangkan hati orang tua dan sebagainya, serta berusaha untuk terus mensyukuri dengan penuh kesungguhan keberadaannya dengan mengucapkan dalam hati sesering mungkin, lalu yang ketiga adalah mengontrol saat marah.
Baca Juga: 5 Prinsip Parenting Membentuk Karakter Positif pada Anak
Alternatif saat Orangtua Marah
Ada 4 alternatif yang bisa Bunda pilih yakni sebagai berikut.
Belajar saat marah mengucapkan hal-hal yang baik dan positif.
Jika tidak bisa ucapkan istighfar meskipun dengan nada kesal, dengan marah, dengan perasaan sebal, tidak apa-apa. Daripada berkata buruk kepada anak yang akan menjadi doa, lebih baik ucapkan yang baik (istighfar).
Tarik nafas dan istighfar
Sebelum marah kepada anak coba latih untuk menghirup udara lalu hembuskan pelan-pelan sambil beristighfar.
Terus lakukan sampai diri kita lebih tenang. Jika kita sudah mulai tenang kita akan lebih bisa mengontrol kemarahan kita, mengontrol ucapan buruk dari mulut kita.
Tersenyum
Setiap melihat kejadian yang tidak kita sukai, misalnya anak yang bertengkar, anak yang sulit diatur atau kejadian lain misalnya vas bunga yang pecah, mobil yang tergores maka yang pertama dilakukan adalah tersenyum.
Yah, betul tersenyumlah, mulut tidak perlu berkata apapun cukup tersenyum. Sambil tersenyum latih diri untuk berpikir sisi positifnya. Misalnya saat anak menangis maka tersenyumlah dan katakan dalam hati:
“Alhamdulillah, anak saya sehat, masih bisa menangis, bersyukur kepada Allah daripada diam sakit di rumah sakit”.
Saat mobil tergores maka tersenyumlah dan katakan: “Alhamdulillah, Allah Maha Baik, Allah mengkaruniai saya sebuah mobil”.
Saat vas bunga yang disukai pecah, tersenyum dan katakan: “Alhamdulillah, vas bunga ini pecah atas kehendak Allah, vas bunga ini hanya titipan Allah dan sekarang Allah telah mengambilnya”.
Melatih Berpikir Positif
Tips berikutnya adalah melatih kita untuk berpikir sisi positif, apapun kejadian yang kita alami termasuk juga kejadian yang tidak kita sukai.
Ketiga tips tersebut memang tidak bisa instan. Apalagi dalam keadaan marah, logika kita buntu, akal waras kita seolah telah tersumbat. Jadi pelan-pelan berproses. Insya Allah, kalau sudah terbiasa semua lebih mudah kita lakukan.
Jika masih juga belum bisa, saat Bunda ingin marah kepada anak, lebih baik Bunda segera pergi menenangkan diri di kamar dan minta tolong suami untuk menyelesaikan masalah anak.
Bagaimana agar anak tidak melawan orang tua?
Singkatnya anak melawan orang tua itu karena anak merasa tidak dihargai, merasa terus disalahkan, terus-terusan dimarahi, tidak dipercaya, merasa tidak dicintai.
Bunda perlu membangun ikatan hati dengan anak. Ajaklah anak ngobrol berdua, bercanda dan bercerita. Ajaklah anak bermain bersama. Saat menjelang tidur Bunda dampingi anak atau membacakan buku cerita/mendongeng.
Sering-sering mengatakan “Bunda Sayang Kakak”, sering-sering mencium anak. Sering-sering mengucapkan terima kasih atau jazakallah saat anak membantu orang tua.
Hargai setiap kebaikan anak, dengan memuji atas kebaikan yang mereka lakukan. Sering-seringlah tersenyum kepadanya.
Saat orang tua sudah ada ikatan hati dengan anak, anak akan lebih sayang kepada orang tuanya, lebih menghargai dan lebih patuh. Anak juga akan lebih tulus mendoakan orang tuanya saat ikatan hati sudah terbentuk.[ind]