SEBANYAK 15 warga Palestina dilaporkan meninggal akibat kelaparan yang disebabkan oleh blokade Israel di Jalur Gaza dalam kurun waktu 24 jam, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa (22/7/2025).
Di antara korban, empat adalah anak-anak, termasuk tiga yang diketahui bernama bayi Yousef al-Safadi, Abd al-Jawad al-Ghalban (16 tahun), dan Ahmad Hasanat.
Salah satu korban dewasa adalah Raheel Rosros, perempuan 32 tahun yang memiliki kebutuhan khusus.
Kematian ini terjadi di wilayah utara dan selatan Gaza, menunjukkan semakin meluasnya krisis kelaparan di tengah minimnya akses makanan dan bantuan kemanusiaan.
Dengan kejadian ini, jumlah korban jiwa akibat kelaparan di Gaza telah mencapai setidaknya 101 orang, termasuk 80 anak-anak, menurut data otoritas kesehatan setempat.
Muhammad Rosros, ayah Raheel, mengungkapkan kepada Middle East Eye bahwa kondisi putrinya memburuk akibat kekurangan makanan dan cairan yang berlangsung lebih dari sebulan.
“Sebelum perang, dia bisa makan apapun yang diinginkannya. Sekarang, semuanya telah hilang,” katanya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Raheel disebut tidak sanggup mengonsumsi makanan bantuan yang masuk ke Gaza belakangan ini karena kualitasnya yang buruk.
Banyak warga juga menyampaikan keluhan serupa bahwa paket bantuan yang diterima tidak mencukupi.
Menurut Rosros, berat tubuh putrinya turun drastis dari sekitar 50 kilogram menjadi kurang dari 25 kilogram sebelum akhirnya meninggal.
Ia juga kehilangan anak perempuannya yang lain, yang juga memiliki kebutuhan khusus, akibat serangan udara Israel sebelumnya.
“Satu anak saya meninggal akibat bom, satu lagi karena kelaparan,” ujarnya.
Kini, dia khawatir dua anaknya yang masih hidup (satu tunarungu dan satu lagi autis) bisa bernasib sama karena krisis pangan yang terus memburuk.
Lima Belas Warga Gaza Meninggal Akibat Kelaparan dalam 24 Jam Terakhir
Baca juga: Satu Setengah Juta Jiwa di Gaza Utara Menghadapi Kelaparan dan Kematian Perlahan
“Saya tidak lagi takut pada serangan bom, tapi pada rasa lapar yang terus menghantui anak-anak saya,” ucapnya.
Rosros menggambarkan situasi kelaparan di Gaza sebagai sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Ia menyesalkan kurangnya perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Ia bahkan harus membayar 120 shekel (sekitar $35) hanya untuk mendapatkan satu kilogram tepung, dan 70 shekel (sekitar $20) untuk segelas kecil minyak goreng.
Dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit dan dirinya yang tidak memiliki pekerjaan, Rosros mengaku tidak tahu bagaimana cara memberi makan anak-anaknya yang tersisa.
“Hanya Tuhan yang tahu dari mana kami mendapatkan makanan untuk anak-anak kami setiap hari. Tidak ada yang peduli, tidak ada bantuan, tidak ada penghasilan, tidak ada kehidupan,” pungkasnya.[Sdz]