DALAM pemandangan yang menggetarkan hati dan penuh kesedihan, terlihat para perempuan dan anak-anak di Gaza Utara memungut sisa-sisa tepung yang tercemar dari tanah.
Itu adalah upaya putus asa untuk mengisi perut mereka di tengah kondisi kemanusiaan yang kian memburuk di wilayah yang dihuni lebih dari 1,5 juta jiwa dan telah berada di bawah pengepungan total selama lebih dari 90 hari.
YPSP dengan sangat prihatin memantau situasi tragis ini, dan menegaskan bahwa Gaza Utara sedang mengalami bencana kelaparan yang nyata.
Kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan tidak tersedia.
Di sisi lain, pendudukan Israel terus mencegah masuknya bantuan dan melanjutkan serangan terhadap wilayah sipil yang padat penduduk.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Menurut laporan medis dan saksi lokal, lebih dari 60 warga sipil gugur pada pagi ini dalam serangkaian serangan udara yang menyasar rumah-rumah dan tempat penampungan.
Di Gaza Utara, kematian datang dalam dua bentuk: bom dan kelaparan.
Para ibu memungut tepung dari tanah, anak-anak tertidur dalam kelaparan, dan para lansia menunggu dalam keheningan.
Ini bukan gambar dari masa lalu, tapi realitas tahun 2025, yang disaksikan oleh dunia dalam diam.
Satu Setengah Juta Jiwa di Gaza Utara Menghadapi Kelaparan dan Kematian Perlahan
Baca juga: YPSP Gelar Halal Bihalal, Tokoh Nasional dan Peduli Palestina Bersatu dalam Silaturahmi
YPSP menyerukan kepada dunia internasional untuk:
•Segera membuka jalur kemanusiaan yang aman dan permanen.
•Mengirim bantuan makanan dan medis ke Gaza Utara tanpa penundaan.
•Menghentikan semua serangan terhadap warga sipil dan fasilitas sipil.
Di tengah sunyinya dunia, terdengar jeritan dari Gaza:
“Di mana nurani umat? Di mana keadilan bagi yang tertindas? Di mana Arab, agama, dan kemanusiaan?”
Apa yang terjadi bukan sekadar krisis, ini adalah kejahatan kemanusiaan yang sedang berlangsung dan harus segera dihentikan.[Sdz]