KOALISI Perempuan Malaysia untuk Al Quds dan Palestina (MWCQP) menyelenggarakan International Conference On Palestine Kuala Lumpur (ICPKL) ke-2 di Royale Chulan Seremban, Kuala Lumpur.
Konferensi yang dilaksanakan pada Jumat hingga Ahad tanggal 10-12 Februari 2023 mengangkat tema ‘Solidaritas bersama Tawanan Palestina di Penjara Israel’ dengan judul ‘The Caged Eye’.
ICPKL merupakan kelanjutan dari Konferensi Internasional tentang Palestina yang menargetkan peserta internasional dengan penekanan pada kawasan Asia Pasifik.
Sebelumnya konferensi diselenggarakan secara virtual pada tahun 2020 karena adanya pandemi Covid 19.
ICPKL bertujuan untuk menyoroti kondisi warga Palestina di penjara Israel dan cara Israel memenjarakan warga Palestina.
ICPKL juga diselenggarakan untuk menggalang dana bagi 20 keluarga tawanan Palestina selama satu tahun, serta menggalang dukungan untuk gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS).
Baca Juga: Ketua KPIPA Ajak Masyarakat Jadikan Rajab Bulan Cinta Baitul Maqdis
KPIPA Hadiri International Conference On Palestine Kuala Lumpur
Acara ini merupakan bagian dari konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh Pacific Women Coalition for al Quds and Palestine (PWQCP).
Organisasi ini beranggotakan Malaysian Women’s Coalition for al Quds and Palestine (MWCQP), Koalisi Perempuan Indonesia Peduli al Aqsa (KPIPA), dan Dewan Jaringan Kemanusiaan Sheikhul Islam (CHNS) Thailand.
Konferensi yang berlangsung selama 3 hari ini diikuti lebih dari 200 peserta dari 19 negara di seluruh dunia.
Mereka terdiri atas 30% peserta Malaysia, 30% dari Indonesia, 5% dari Thailand, dan sisanya peserta dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik dan di luar kawasan Asia Pasifik.
Peserta yang berasal dari Indonesia merupakan individu dan perwakilan dari lembaga yang tergabung dalam KPIPA.
Berbagai lembaga peduli Palestina berpartisipasi dalam acara ini, di antaranya Smart171, Al-Qudwah, Aqsa Working Group (AWG), AKSI, Masyarakat Peduli Al-Aqsa (MPA), dan Kasih Palestina.
Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh perempuan dari berbagai organisasi massa nasional Indonesia seperti Hj. Dra. Asdirwati Ali MM. (Ketua Umum PERWATI),
Hj. Trisna Ningsih, SE (Ketua Umum PP Muslimat Mathla’ul Anwar), Hj. Dra. Nurliati Ahmad, M.A. (Ketua Umum PP Muslimat Al Washliyah), Hj. Fitriah Abdul Azis S.Sos. (PP Muslimat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia),
Hj. Ir. Ratu Gumy Kamandany (Wakil Ketua III Wanita Islam), dan Sri Vira Chandra, SS., M.A (Ketua Adara Relief International).
Menteri Pertanian YAB Datuk Seri Haji Mohd hadir dalam konferensi sebagai bentuk dukungan Malaysia dalam membantu rakyat Palestina.
Turut hadir Bapak Arsul Sani, Anggota DPR RI yang menjelaskan usaha Indonesia dalam membantu perjuangan rakayat Palestina secara perlahan dengan membangun rumah sakit di Palestina dan menekan zionis dari sisi ekonomi.
Asrul menekankan bahwa Indonesia tidak akan membenarkan pihak yang mempunyai hubungan dengan Israel dan menyambut baik hubungan kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dalam krisis kemanusiaan Palestina.
Ketua KPIPA sekaligus ketua delegasi Indonesia, Nurjanah Hulwani, mengatakan bahwa konferensi ini menyatukan semangat untuk membersamai Palestina.
Ia berharap, KPIPA bersama tokoh perempuan Indonesia terus bergerak mengedukasi persoalan Palestina agar pembelaan dan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina semakin besar.
Konferensi dihadiri sejumlah tokoh yang menguasai sumber permasalahan Palestina dari berbagai latar belakang dan agama.
Mereka adalah Dr. Shariff Amin Abu Shammala (Pengarah Yayasan Al-Quds Malaysia tentang penghapusan Etnik, Budaya dan Sejarah), Nurjanah Hulwani dan Dr. Fauziah Hassan yang membahas tentang Wanita dalam perjuangan Palestina.
Ada pula Samar Sbeih, tawanan wanita Palestina yang menceritakan penderitaan saat berada di tahanan Israel hingga ia harus melahirkan dengan tangan dan kaki diikat.
Sementara itu, Rana Shubair membagikan tentang perubahan dan dampak yang ia hasilkan melalui tulisan.
Selanjutnya, Prof Mohd Nazari Ismail, BDS Malaysia, menerangkan bagaimana badan induk BDS Antar Bangsa menyerukan “boikot” terhadap perusahaan lokal yang bekerja sama dengan Israel.
Sesuatu yang ditakuti zionis untuk membangun kesadaran dan dukungan masyarakat multi ras dengan cara memberikan tekanan kepada penjajah tanah Palestina.
Tampil pula Miko Peled, aktivis kemanusiaan Israel-Amerika dan Baha Hilo, seorang aktivis Kristen Palestina tentang keadaan politik dan geopolitik serta langkah yang seharusnya diambil dalam usaha pembebasan tanah Palestina.
Dalam konferensi terungkap bahwa ribuan tawanan ditahan di bawah “penahanan administratif” tanpa diberi tahu kejahatan apa yang diduga telah mereka lakukan.
Warga Palestina ditawan di penjara Israel seringkali hanya karena mengibarkan bendera Palestina.
Sekitar seperlima dari warga Palestina pernah dipenjarakan sejak pendudukan lebih dari tujuh puluh tahun yang lalu.
Tawanan Palestina hidup dalam kondisi yang mengerikan dan mengalami perlakuan kasar.
Organisasi hak asasi manusia telah mendokumentasikan berbagai bentuk kekerasan fisik dan psikologis, pemukulan, penggunaan sel isolasi yang berlebihan, pengabaian medis, larangan kunjungan keluarga, dan banyak lainnya.
Hingga April 2022, 4.450 warga Palestina telah ditahan di penjara-penjara Israel.
Dari 530 yang ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan, 160 adalah anak anak dan 32 wanita. 549 orang menjalani hukuman seumur hidup, sedangkan 499 orang menjalani hukuman lebih dari 20 tahun.
Acara ditutup pada Ahad (12/2/2023) dengan sesi Q&A dengan para keynote speaker dan konferensi pers.[ind]