TANGGAL 15 Maret menjadi hari bersejarah yaitu Hari Internasional Lawan Islamofobia. Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1446 H dan memperingati “International Day To Combat Islamophobia” yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gerakan Nasional Anti Islamofobia (GNAI) dan Majelis Organisasi-Massa Islam (MOI) mengadakan diskusi dengan topik Islamofobia di Tengah Liberalisme, Islamofobia di Indonesia, dan Perancangan RUU Anti Islamofobia Indonesia.
Diskusi ini diisi oleh dua keynote speaker, yaitu Syaikh Prof. DR. Sudarnoto ‘Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta ‘Abdullaah Al Katiri, Ketua Ikatan Advokat Muslim Indonesia. Acara ini berlangsung pada hari Sabtu, 15 Maret 2025, pukul 13.30 WIB – 17.00 WIB, di Gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Lantai 2, Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat.
Sebelum acara diskusi, diadakan pula kegiatan bakti sosial, perlombaan untuk anak yatim-piatu, bazaar UMKM, dll sejak pukul 9 WIB hingga adzan Dhuhur Jakarta.
Menurut Prof. Sudarnoto, sikap Indonesia selama ini sudah tegas terhadap Islamofobia, seperti dalam kasus pembakaran Alquran di Swedia, dsb.
“Namun, di dalam negeri, Islamofobia masih ditemui. Oleh karena itu, MUI mendorong adanya Undang-undang terkait Islamofobia dan dalam hal ini, kami sudah menyusun draft rancangan undang-undangnya dan akan diserahkan ke DPR untuk diformulasikan. Harapannya semoga undang-undang tersebut segera terwujud,” ungkap Prof. Sudarnoto kepada awak media.
Baca juga: Hari Internasional Melawan Islamofobia, UBN Podcast Gelar Webinar Nasional
Diskusi Peringatan Hari Lawan Islamofobia 15 Maret 2025: Membangun Kesadaran dan Gerakan Anti Islamofobia
Menurut pakar hukum Eggi Sujana, konstruksi negara Indonesia dibuat seolah-olah seperti negara sekuler dan semua presiden masih tampak tidak mengerti konstruksi bernegara.
“Postulat berpikir Ki Bagus dalam perumusan Pancasila sila pertama yaitu Surat Al-Ikhlas, klaimnya semua agama merasa bertuhan maka dijadikan satu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Eggi.
Eggi Sujana juga menambahkan bahwa dasar negara Indonesia adalah negara tauhid yang termaktub dalam sila pertama Pancasila.
“Islam enggak ngajarin terorisme, Islam itu rahmatan lil alamin,” tutup Eggi.
Sejumlah tokoh juga tampak hadir dalam diskusi ini, di antaranya Jonru Ginting.[ind]