DARI perang fisik menjadi perang pemikiran, Ustaz Satria Hadi Lubis mengulas tentang ghazwul fikri yang kembali merebak dan dirasakan di kalangan umat Islam.
Dulu para pendahulu kita berjihad dengan berperang melintas lembah dan gunung, menaklukkan orang-orang yang ingkar kepada Allah.
Kini medan jihad kita berbeda. Bukan lagi berperang secara fisik (kecuali di negara tertentu), tapi “berperang” secara pola pikir (ghozwul fikri).
Ghozwul fikri inilah yang membuat kaum muslimin menjadi bodoh dan minder terhadap agamanya.
Setiap muslim harus memahami berbagai bentuk ghazwul fikri dan bahayanya dalam kehidupan.
Kita tidak boleh terpedaya dan tertipu dengan upaya-upaya pihak tertentu yang dapat merusak fikroh Islamiyah yang kita miliki menjadi fikrah jahiliyah.
Perang pemikiran (ghozwul fikri) sangat berbeda dengan perang secara fisik. Daya rusaknya tidak kalah bahkan lebih besar daripada perang fisik.
Namun, karena banyak kaum muslimin yang tak menyadari adanya perang pemikiran (ghazwul fikri) di tengah-tengah mereka, maka mereka terlena dan tanpa terasa telah bobol “benteng-benteng” pemikirannya bahkan yang paling berbahaya sampai merusak “benteng” akidahnya.
Berbagai sarana telah digunakan oleh musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin secara halus dan perlahan.
Baca Juga: Fiqih Islam Bukanlah Produk Perang Salib
Dari Perang Fisik Menjadi Perang Pemikiran
Mereka menggunakan media massa dan media sosial untuk membentuk mind set masyarakat agar terbentuk opini bahwa zaman telah berubah dan terus berkembang, sehingga sudah tidak tepat lagi jika agama dijadikan pijakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Mereka gaungkan nilai-nilai sekularisme, liberalisme, feminisme, atheisme, dan isme-isme lainnyan yang terlihat lebih modern, baik di bidang pendidikan, pergaulan, pekerjaan, bahkan di bidang perundang-undangan.
Untuk itu marilah kita simak ayat-ayat berikut:
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya” (Qs. 61 ayat 8).
View this post on Instagram
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya” (Qs. 61 ayat 8).
“…Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka mampu. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs. 2 ayat 217).
Kewaspadaan terhadap ghozwul fikri harus selalu dilakukan oleh kaum muslimin, terutama oleh para da’i dan ulamanya, sehingga ajaran Islam tidak tercerabut dari akar-akarnya yang asli (asholah) sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa taala memberitahukan kepada kita bagaimana cara menghadapi ghozwul fikri:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar beruntung.
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Qs. 8 ayat 45 dan 46).
Caranya adalah dengan meneguhkan hati, memperbanyak zikir (mendekatkan diri kepada Allah), dan jangan berselisih di antara sesama muslim serta bersabar.
Semoga kita tidak terpengaruh oleh berbagai ghozwul fikri yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam, sehingga kita tetap berada dalam ke-Islaman yang benar dan asli.[ind]