FILM Buya Hamka volume 1 menawarkan penonton untuk mengenal lebih jauh sosok ulama yang senang menulis roman tersebut. Sudahkah kamu mengenal sosok ulama tanah air yang banyak terlibat dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia itu?
Tahukah kamu bahwa sebenarnya nama Hamka adalah singkatan huruf depan dari nama ulama ini?
Baca Juga: Belajar Maaf dari Buya Hamka
Review Film Buya Hamka Volume 1, Mengenal Lebih Jauh Sosok Ulama yang Senang Menulis Roman
HAMKA merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Hal tersebut sering ditekankan dari film Buya Hamka yang saat ini sedang tayang di bioskop.
Film Buya Hamka merupakan film biografi yang diproduksi oleh Falcon Pictures dengan Starvision dan disutradarai oleh Fajar Bustomi.
Film ini diperankan oleh aktor dan aktris papan atas, Vino G Bastian yang berperan menjadi Buya Hamka dan Laudya Cynthia Bella menjadi istri Buya Hamka, Siti Raham.
FIlm Buya Hamka sudah direncanakan untuk dibagi menjadi tiga volume agar menceritakan keseluruhan kisah Hamka. Volume 1 ini sudah tayang di bioskop sejak Kamis, 19 April 2023 dan saat ini sudah mencapai angka 1 juta penonton.
Volume 1 banyak menyajikan kisah hidup Hamka yang berjuang lewat tulisan pada saat masa penjajahan Jepang.
Di awal pembukaan film, kita bisa melihat bagaimana kisah kehidupan keluarga Buya Hamka yang miskin di Makassar. Ulama tersebut bahkan harus bergantian shalat dengan istrinya karena hanya memiliki satu sajadah.
Di Makassar, Buya Hamka aktif sebagai pengurus organisasi Muhammadiyah. Setelah mendapatkan tawaran menjadi Pemimpin Redaksi di majalah Pedoman Masyarakat yang berada di Medan, Hamka pun pindah dan mulai aktif menulis di sana.
Selain menulis artikel untuk kebutuhan majalah, Hamka juga banyak menulis karangan prosa seperti Roman. Salah satu karyanya yang paling terkenal dan fenomenal sampai saat ini berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Kisah cinta Zainuddin dan Hayati.
Namun, tidak hanya sekadar karya roman biasa, Buya Hamka mampu menyelipkan hikmah atau pesan dakwah ke dalam karyanya tersebut.
Kemunculan film ini tentu saja diharapkan bisa menjadi inspirasi untuk semua kalangan. Dari sosok Hamka, kita bisa terinspirasi dari bagaimana perjuangan serta ketabahannya ketika difitnah.
Selain itu, dialog-dialog yang disajikan di film ini juga bisa mengobarkan semangat penonton untuk berjuang. Mengajak agar kita tidak bermalas-malasan dalam hidup ini. Contohnya, kutipan-kutipan terkenal dari Buya Hamka, seperti “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.”
Ada juga kutipan seperti, “Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.”
Secara keseluruhan, film Buya Hamka merupakan film yang sangat nyaman ditonton oleh mata. Mulai dari color gradingnya sehingga warna-warna dalam film sesuai, dialog yang diucapkan, sampai akting luar biasa dari setiap pemainnya.
Detailnya pun tidak kalah luar biasa. Vino G Bastian bahkan sangat terlihat mirip dari segi fisik, bicara, sampai gestur tubuhnya.
Akan tetapi, salah satu hal yang perlu menjadi perhatian dari film ini adalah tentang konflik yang disajikan. Tempo dari film ini bisa dibilang tidak terlalu lambat maupun cepat.
Namun, bisa menjadi membosankan karena minimnya konflik yang tersedia. Penonton kurang ditampilkan konflik-konflik yang membuat mereka ikut merasakan apa yang dialami oleh Hamka dan keluarganya.
Konflik yang menarik justru baru muncul mendekati akhir-akhir dari film ini tentang Buya Hamka dan Jepang. Kabar baiknya, trailer film untuk volume 2 dan 3 terlihat menjanjikan dari segi konflik.
Saat ini, film tersebut masih bisa kamu saksikan di bioskop. Yuk, ramaikan bioskop agar mendapatkan inspirasi dari sosok ulama tanah air, Buya Hamka ini. [Cms]