“JANGAN buang anak, dengan alibi apapun“. Nabi Nuh berdakwah 950 tahun, anaknya tetap enggak nurut, katanya: “Bohong! Mana ada air banjir sampai 2/3 dunia tertutup, Ayah.”
Bahkan, anaknya sempat ikut-ikutan kaum yang menolak dakwah Nabi Nuh, mengatakan ayahnya gila dan aneh-aneh.
Namun, beliau belum pernah buang anaknya, tetap sabar dan anaknya tetap diajak masuk dan naik ke dalam kapal, sampai Allah turun tangan, dan mengatakan: “Tinggalkan dia!”
Dan dengan sedih, Nabi Nuh melepaskan anaknya, tenggelam dengan air bah .. tapi, itupun setelah Allah yang suruh ..
Kita baru ketitipan anak 5-20 tahun saja sudah merasa telah mendidik dan berdakwah setengah mati.
Bahkan ketika zaman semakin sulit dan kondisi tidak begitu baik, anak-anak dimasukin pesantren dan kalau gagal, marah-marah lah sang orangtua, seakan anaknya bejad lahir batin.
Memaki-maki para pendidik, menghujat para ustaz.
Bahkan merasa kesal dan tidak sabar, memaki-maki anak yang dianggap gagal dan mencerca sampai si anak kebal dengan bentakan dan caci maki sehingga terpupuklah kebencian.
Apalagi bila anak dibandingkan: “Lihat tuh si Sofyan, sekarang sudah hafal 17 juz, mana sopan pula, kamu nih makin tahun makin enggak keruan“ .. dll.
Apakah anak akan jadi baik bila dicaci maki? Dibanding-bandingkan? Dihina-hina? Saya sendiri tidak tahu.
Tapi kalau saya jadi anak, saya akan kabur .. mencari kebahagiaan lain. Mencari jati diri.
Karena hidup bukan hanya terperangkap oleh citra indah dan samara (kehebatan semu; anaknya berhasil dan soleh dan dapat dibanggakan, dan berharap pujian ~ tapi sebetulnya rumah kayak di neraka).
Mendidik anak sampai akhir hayat. Anak yang nakal bukan salah ibu, bukan salah ayah, bukan pula salah sekolah.
Tapi salah persepsi kita yang mengharuskan anak itu begini dan begitu di usia dewasa dan menggantikan atau mengentaskan mimpi ayah dan ibu.
Salahkan ego kita dan minimnya ilmu agama kita dan minimnya doa untuknya.
Di saat tua nanti, kita harapkan mereka bisa soleh dan bla bla bla zz dan kita kecewa, masih muda saja sudah begini, apalagi nanti kalau sudah tua, mau jadi apa kalian??
Jadi apa? Yaa jadi dirinya sendiri lah, sesuai dengan takdir-Nya. Tugas kita hanya mengingatkan, mendidik semampunya.
Kita bukan Tuhan yang bisa kun fayakun dalam satu jam. Mungkin anak kita akan soleh ketika kita sudah mati.
Atau soleh di akhir hayatnya.
Seperti si pelacur yang memberi minum anjing dan Allah ridho padanya dan beliau pun masuk surga. Mungkin ini buah doa dari orangtua sang pelacur itu. Who knows?
Bersabar dan jangan pernah merasa sudah segalanya, sudah all out. Ingat Nabi Nuh saja sampai ratusan tahun anaknya masih diajak ke jalan yang benar dan selama ratusan tahun juga, anaknya menolak.
Kita baru 5-7 tahun mendidik anak remaja yang selalu bertentangan dan berbeda, tapi sudah ingin buang anak.
Tak tahan. Astaghfirullah. Ayuk semangat …! Kalau bulan depan belum soleh, mungkin tahun depan, mungkin 10 tahun lagi .. ~ janganlah berputus asa dengan Rahmat Allah.
Ingat bahwa hidayah itu milik Allah. Bukan milik pesantren. Dan hidayah itu harus dicari, bukan dibeli. Wallahu a’lam.
Baca Juga: Kakak Syifa yang Baik Hati dan Pemalu
Jangan Buang Anak dengan Alibi Apapun
Menurut saya, anak dididik terus, dinasihati saja, dicontohkan, diajak bicara dan diskusi, diberi pengertian, kirim video Mufti Menk, video Ustaz Somad yang lucu, potongan video Ustaz Zaenudin MZ – sambil terus didoakan, karena hati itu milik Allah.
Anak tetap diingatkan, walau akhirnya kembali pada yang bersangkutan.
Anak walau sudah menikah tetap kita nasihati, sebagaimana Nabi Ibrahim yang mengatakan kepada Nabi Ismail anaknya; “Palang pintumu diganti“ ketika istri Nabi Ismail banyak mengeluhkan suaminya pada mertua..
Aku tak habis pikir bila ada orang yang putus asa pada proses mendidik anaknya, mengingat anak itu amanah dan dijaga saja amanahnya sebagaimana seharusnya.
Dan tugas mendidik anak adalah tugas ayah sebetulnya, maka tak heran bila nama anak bersandar pada nama sang ayah. Misal; Sakinah binti Zaenudin bukan binti Zaenab.
Jadi tidak bisa menyalahkan istri untuk ke ‘belum sukses’ nya seorang anak.
Baru berapa tahun punya anak, Nabi Nuh sampai ratusan tahun ., tetap sabar, Nabi Nuh tak pernah menyalahkan istrinya ketika sang anak tidak mau masuk ke dalam kapal.
Anak, bila belum sesuai harapan kita.. Jangan dibuang.
Apalagi dilecehkan. Apalagi disebarkan aibnya ke mana-mana, disandingkan dengan ucapan: “Gagal istri saya? Maka saya berkenan membangun rumah tangga baru dengan segenap ilmu dan manhaj yang ikuti sunnah“.
Mohon doa, yaa Akhi..
Jangan juga mencari kambing hitam, ini gara-gara mertua saya punya jin nasab! Punya keris, gara-gara istri saya kenalan sama abah or tasawuf yang punya keris, anak saya digendam, kena santet.
Yaa Rabb, kapan kita menjadi hamba yang bertakwa ~ kalau hidup selalu menyalahkan pihak lain..
Seorang suami, walau sudah punya rumah tangga baru tetap harus ingat untuk mendidik dan menafkahi anak-anaknya.
Karena biar bagaimana pun, ayah yang nanti akan dimintai pertanggungjawaban, dari sejak nafkah lahir, batin bahkan sampai biaya pernikahan anak pun harusnya bertanggung jawab, bukan dilempar ke sana kemari dengan alibi ini itu.
Berani menikah berani punya anak; harus berani tanggung jawab. Selamat menjadi lelaki sejati.
Lelaki yang mengenal dirinya, maka akan mampu mengenal Allahnya.. dan akan mampu mengemban amanah dengan tida menyalahkan siapa-siapa. Be yourself!
“MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD AROFA ROBBAHU” (Artinya; Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya mengenal akan Rabb-nya).
By; Fifi P. Jubilea (Mother of 4). Penanggung jawab 4 anak.
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Mam Fifi P. Jubilea (+62 813‑8943‑1070)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: