Menegaskan aksi teror bukan ajaran dari agama, seorang anggota parlemen Rusia menuntut adanya larangan penggunaan istilah ‘teroris Islam’ dan ‘Islam militan’ di media massa.
“Istilah ini mendorong orang membuat kesimpulan bahwa agama Islam dan terorisme adalah hal yang sama,” ujar anggota parlemen Shamsail Saraliyev kepada Duma (Parlemen Rusia), seperti dilaporkan Izvestia dan dikutip oleh Russia Today pada hari Kamis kemarin (18/12/2014).
“Masyarakat nanti secara otomatis mulai mengasosiasikan Islam dengan bandit, pembunuh dan teroris,” tambahnya.
Berbicara dalam sesi pekan ini di Komite Kebijakan Informasi Negara, Saraliyev mengatakan bahwa akhir-akhir ini media massa dengan secara bebas sering menggunakan ungkapan-ungkapan seperti ‘teroris Islam’, ‘Islamis’, ‘Jihadis’, ‘Sabuk Syahid’, ‘Negara Islam Teroris ‘dan banyak lainnya semacam ini.
Anggota parlemen itu memperingatkan bahwa media memberi orang kesan yang salah tentang Islam dan menempatkan umat Islam dalam resiko.
Dia menambahkan bahwa umat Islam, di sisi lain, lebih suka menggunakan ‘Khawarij’ – bahasa Arab untuk ‘pembangkang’ atau ‘pemberontak’, untuk menggambarkan radikal.
Saraliyev menegaskan bahwa Islam yang benar mempromosikan pesan kebaikan dan mengkampanyekan hidup berdampingan secara damai di antara semua orang.
“Sama seperti kita tidak menyebut fasis ‘Kristen’, kita harus berhenti menggunakan istilah Muslim ketika kita menjelaskan kelompok militan radikal yang mengaku sebagai pengikut Islam,” tegasnya.[af/onislam]