YA Allah Aku Harus Bagaimana? sebuah ungkapan yang keluar dari benak kita saat tidak lagi menemukan jalan keluar, hasil tidak sesuai harapan, dan usaha terasa sia-sia.
Menjadi seorang hamba Allah memang tidaklah mudah. Kita terkadang diuji dengan suatu hal yang membuatkan kita kadang terpuruk dan putus asa.
Masalah yang kita hadapi memang tidak pernah memihak kita, namanya juga masalah, akan selalu terasa menyusahkan.
Baca Juga: Kebahagiaan yang Bernilai di Mata Allah
Ya Allah Aku Harus Bagaimana?
Saat inilah kita harus kembali merenungkan “siapa diri kita sebenarnya dalam kehidupan ini?” Kita adala hamba, yang harus berlapang dada atau tawakkal dengan segala keputusan Allah.
Allah yang paling tahu apa yang terbaik untuk diri kita dan hamba adalah yang memberikan segala hidupnya dengan kerendah hatian, dengan segala kerelaan, dan dengan segala cintanya kepada Allah.
Itulah makna sesungguhnya dari na’budu dalam surah al-Fatihah ayat lima yang berbunyi:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, bermakna kepada Engkaulah kami menghamba. Itulah puncak penyembahan yang sesungguhnya, saat kita merasa bahwa segala yang kita dapat saat ini adalah yang terbaik bagi kita di sisi Allah.
Tapi apakah artinya kita tidak perlu berusaha?
Tentunya kita tetap harus berusaha, karena usaha adalah bentuk penghambaan. Usaha adalah syari’at yang harus kita jalani. Tanpa usaha, kita telah meninggalkan tugas sebagai seorang hamba.
Namun, masalah hasil kita serahkan pada Allah yang mengetahui yang terbaik bagi kita.
Lalu apakah kita tidak bisa meminta apapun kepada Allah? karena kita tidak tahu mana yang terbaik bagi kita?
Bukan juga seperti itu konsep berfikirnya. Kita selalu dianjurkan untuk meminta dengan sabar dan shalat:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat
Kita bisa mengajukan permintaan apapun kepada Allah, selama itu baik tentunya. Namun dalam tiap meminta atau do’a kita dianjurkan untuk mengiringinya dengan sabar dan shalat.
Sabar disini bermakna bahwa kita diberi kesabaran disetiap hasil usaha yang kita dapatkan jika memang tidak sesuai keinginan kita. Sederhananya kita diberi kesabaran dalam setiap musibah yang menimpa.
Sebenarnya amat sulit bahkan mustahil bagi kita menghindari cobaan atau musibah dalam hidup. Karena itu adalah suatu yang pasti ada selama kita di dunia. Yang kita minta adalah kita diberi kesabaran saat menghadapinya.
Sabar itu memang pahit, payah dan melelahkan. Jika kita buka makna shabr dalam kamus muhith memiliki arti asal jus tanaman yang pahit. Maka ini sangat berkaitan dengan pengamalan makna sabar itu sendiri. Tidak enak dan harus dipaksakan. Ibarat minum jus yang pahit tapi mengandung banyak manfaat, agar sembuh kita harus terpaksa meminumnya.
Yang kedua dengan shalat, artinya kita meminta bahwa apa yang akan kita dapat atau apa yang kita lakukan tidak menimbulkan bahaya untuk orang lain. Shalat fungsinya untuk menjaga kita dari kekejian dan kemungkaran:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Oleh karena itu, hakikat doa adalah seruan kita atau permintaan kita kepada Allah supaya Ia terlibat dalam segala proses yang sedang kita jalani. Dan hasilnya adalah berdasarkan penilaian terbaik dari Allah.
Allah adalah Tuhan dan kita adalah hamba. Bukan sebaliknya, apapun yang kita minta tidak harus selalu dikabulkan karena bisa jadi tidak baik menurut Allah. Sekali lagi, ingatlah bahwa Allah itu Tuhan dan kita hamba, maka kenalilah posisi kita. Semakin menghamba kita, maka semakin mudah kita menghadapi tiap persoalan. [Ln]