ADA sebuah cerita dari media sosial yang sangat menarik untuk kita simak bersama. Kisah tersebut bercerita tentang perumpamaan orang yang cerdas. Berikut ceritanya.
Suatu hari, seorang musafir lewat di suatu kampung. Ia melihat penduduk kampung lagi berkumpul ramai sekali. Mereka sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar.
Setelah mencari tahu, ternyata penduduk kampung itu sedang membicarakan siapa yang bersedia diangkat menjadi kepala kampung.
Ia menjadi heran, kenapa orang-orang ini justru mencari siapa yang mau menjadi pemimpin, karena menurut kebiasaan, orang malah rebutan untuk jadi pemimpin.
Baca Juga: 10 Cara Menjaga Kecerdasan Otak
Orang yang Cerdas Mempersiapkan Bekal
Rupanya, ada suatu tradisi aneh di kampung itu. Setiap seorang pemimpin yang telah selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke suatu tempat yang sangat berbahaya.
Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa. Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar lagi dengan selamat.
Setelah berpikir sejenak, ia menawarkan diri untuk jadi pemimpin di kampung itu. Tentu saja penduduk kampung menjadi heran sekaligus senang.
Dengan penuh keyakinan, ia menandatangani perjanjian untuk menjadi pemimpin dan siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas.
Namun, musafir ini ternyata seorang yang sangat cerdas. Pantas sekali ia berani menawarkan diri jadi pemimpin negeri itu. Di tahun pertama dan kedua, ia mengumpulkan dana yang sangat besar.
Pada tahun ketiga, ia menugaskan orang untuk membuat jalan ke padang pasir tempat yang akan dijadikan tempat pembuangannya.
Tahun keempat, ia membersihkan tempat itu dari binatang buas dan berbisa. Pada tahun kelima, ia memerintahkan orang untuk mengalirkan air dan menanaminya dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan.
Lalu, tahun keenam sampai kedelapan, ia menyulap daerah itu menjadi kota yang sangat megah dan membuat istana yang indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti.
Akhirnya pada tahun kesembilan, ia justru merindukan jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah masa depannya.
Pada tahun kesepuluh setelah jabatannya berakhir, ia menikmati kehidupan yang sangat membahagiakan di istana yang pada tahun sebelumnya ia bangun dengan megah dan indah.
Baca Juga: Islam Membangun Peradaban Manusia Terbaik Unggul Dunia Akhirat
Gambaran Kehidupan Dunia dan Akhirat
Sobat, cerita di atas itu adalah gambaran sederhana antara kehidupan di dunia dan kampung akhirat.
Jika ada seseorang yang takut dan cemas akan kematiannya, berarti ia belum mempersiapkan dirinya menuju kampung abadinya.
Sebaliknya, jika kita mempersiapkan dengan sungguh-sungguh, melakukan amal saleh, banyak berbuat baik, banyak beribadah,
banyak bersedekah lalu kita yakin akan janji Allah berupa surga dan segala kenikmatannya, justru kita akan ikhlas dan ingin segera menuju ke sana.
Sobat, jadilah orang yang cerdas, siapa itu? Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya untuk kehidupan akhirat yang abadi.
Mereka adalah orang-orang yang paham akan kehidupan akhirat yang kekal.
Mereka adalah orang-orang yang mengerti akan kenikmatan surga dan kesengsaraan neraka. Dan mereka memilih untuk terus beramal saleh hingga akhir hayat agar bisa tinggal di surga.
Baca Juga: Menjadi Keluarga Cerdas melalui Virus Corona
Perumpamaan Orang yang Cerdas
Sebaliknya, jangan menjadi orang yang bodoh, siapa itu? Orang bodoh adalah mereka yang membarterkan kehidupan akhiratnya demi kesenangan di dunia.
Mereka hidup dengan bergelimpang kesenangan yang semu, hanyut dalam kesia-siaan, terus bergumul dalam lumpur nista dan dosa.
Kesenangan semu itu ada akhirnya dan mereka tidak sadari, tidak tahu bahwa kehidupan akhirat itu selamanya. Pada akhirnya, merekalah yang akan menempati kamar-kamar neraka beserta siksaannya.
Semua karena mereka terlena akan kesenangan dunia yang sesaat. Semua karena mereka tidak bisa sabar akan nafsu yang selalu mendorongnya melakukan maksiat.
Kita semua ini adalah para musafir yang sedang berpergian ke dunia dan menurut penanggalan langit, kita ini hanya 1,5 jam saja pergi ke dunia bahkan ada banyak orang yang kurang dari waktu 1,5 jam.
Nanti semuanya juga akan pulang ke kampung halamannya masing-masing yakni negeri akhirat.
Maka, jadilah musafir yang cerdas bukan musafir yang bodoh. “Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia?”
Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan paling siap menghadapinya. Merekalah orang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat” (HR. At-Tirmidzi).[ind]
sumber: Kulwap Tumbuh Yuk! Randy Ariyanto W. & Dyah Lestyarini. Rumah Inspirasi Aisha: 2021.