MENGHIDUPKAN waktu malam itu ada beberapa tingkatan. Bagi seorang Muslim, malam hari menjadi waktu terbaik untuk berdua dengan Rabb semesta alam.
Dikutip dari Buku Minhajul Qashidin, Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk karya Ibnu Qudamah, menghidupkan waktu malam itu ada beberapa tingkatan.
Baca Juga: Menghidupkan Malam Terakhir Bulan Ramadan
Menghidupkan seluruh waktu malam
Yang demikian ini pernah diriwayatkan dari sebagian orang-orang salaf.
Menghidupkan separuh malam
Yang demikian ini juga diriwayatkan dari sebagian orang-orang salaf. Cara yang paling baik ialah tidur pada sepertiga malam yang pertama dan seperenam yang terakhir.
Bangun pada sepertiga malam
Caranya tidur separuh malam yang pertama dan seperenam yang terakhir. Ini merupakan cara yang dilakukan Daud alaihis salam.
Di dalam ash shahihain disebutkan, “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya Daud. Beliau tidur pada
separuh malam (yang pertama), bangun pada sepertiganya dan tidur pada seperenamnya (yang terakhir).” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim).
Tidur pada akhir malam sangat bagus, untuk menghilangkan sisa rasa kantuk pada keesokan harinya dan agar wajah tidak terlihat pucat.
Bangun pada seperenam atau seperlimanya
Yang baik adalah pada paroh yang terakhir.
Tidak memastikan kapan waktunya
karena mungkin seseorang akan mengalami kesulitan untuk memastikan kapan bangunnya. Ada dua cara untuk tingkatan ini:
Baca Juga: 10 Penyebab Sulitnya Shalat Malam
Mendirikan shalat pada awal malam
Jika rasa kantuk sudah menyerang, maka dia tidur. Jika pada tengah malam bangun, dia pun bisa shalat lagi, atau jika memang masih mengantuk dia meneruskan tidurnya.
Cara seperti ini juga dilakukan segolongan orang-orang salaf.
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Anas Radhiyallahu Anhu, dia berkata,
“Selagi kami menginginkan melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendirikan pada sebagian malam, tentu kami bisa melihat beliau,
dan selagi kami menginginkan keluarganya, seraya berkata, “Shalat, shalat…!”
Tidur pada awal malam, lalu apabila terbangun dan dirasa tidurnya sudah cukup, dia shalat malam pada sisa malamnya itu.
Baca Juga: Memperbanyak Shalat Malam (Menghidupkan Malam Ramadhan)
Mendirikan shalat malam kapan pun waktunya cukup empat rakaat atau dua rakaat saja.
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Shalatlah dari sebagian waktu malam, shalatlah empat rakaat, shalatlah dua rakaat.” (Diriwayatkan Al-Baihaqy).
Dalam hadits disebutkan,
“Barangsiapa bangun dari sebagian waktu malam dan membangunkan istrinya lalu keduanya shalat dua rakaat bersama-sama,
maka keduanya dimasukkan pada malam itu dalam golongan orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah, laki-laki maupun perempuan.” (Diriwayatkan Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Thalhah bin Musharrif biasa membangunkan keluarganya untuk shalat malam, dengan berkata, “Shalatlah dua rakaat karena shalat di tengah malam itu bisa menyingkirkan dosa.”
Inilah beberapa cara membagi waktu malam. Maka hendaklah seorang hamba memilih untuk dirinya mana yang lebih mudah dia lakukan, jika sulit bangun pada tengah malam.
Tetapi setidak-tidaknya dia jangan sampai lupa menghidupkan waktu antara shalat maghrib dan shalat isya’ serta waktu sahur.[ind]