ChanelMuslim.com – Kita harus teliti kembali niat kebaikan yang kita lakukan selama ini. Kisah orang munafik yang izin tidak ikut berjihad dalam peperangan tabuk ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita.
Apakah kita melakukan kebaikan sungguh-sungguh karena Allah atau ada kepentingan yang bersifat duniawi seperti yang dilakukan kaum munafiqin.
Baca Juga: Inilah Ciri Munafik yang Patut Diwaspadai Umat Islam
Teliti Kembali Niat Melakukan Kebaikan agar Tidak Seperti Al-Jadd bin Qays
Dilansir dari channel telegram Hikmah Agung, Ustaz Agung Waspodo menuliskan bahwa kecantikan bangsa Romawi Timur pernah menjadi bahan obrolan di Madinah pada penghujung masa kenabian Rasulullah.
Pada tahun 9 Hijriyah, ketika sedang mempersiapkan dan menyemangati keberangkatan pasukan kaum Muslimin ke Tabuk, Rasulullah bertanya kepada Al-Jadd ibn Qays.
“Wahai Jadd, apakah tahun ini engkau (berangkat) memerangi kaum berkulit kuning [Bangsa Byzantium]?”
Nabi bertanya seperti ini karena Al-Jadd adalah bagian dari kaum Munafiqin yang sering mengajukan banyak alasan untuk tidak berangkat berjuang bersama umat Islam.
Jawaban Al-Jadd atas pertanyaan Rasulullah tercatat di dalam Sirah Nabawiyah li-Ibni Hisyam.
“Wahai Rasulullah, mengapa tidak (kau) berikan izin (tidak berangkat) kepadaku, jangan kau (jerumuskan) aku ke dalam fitnah!”
Jawaban Al-Jadd ini membuat kita bertanya-tanya.
Mengapa jihad fi sabilillah menjadi fitnah baginya?
Al-Jadd pun meneruskan perkataannya.
“Demi Allah, sungguh kaumku mengatahui bahwa tidak ada laki-laki yang lebih mudah terpesona (tergoda) perempuan daripada aku!”
Dari sini, kita bisa melihat bahwa Al-Jadd ini sudah salah niat sebelum berangkat.
Kaum Muslimin bersiap perang bersama Rasulullah demi SurgaNya, sedang dia sibuk memikirkan perempuan dalam jihad fi sabilillah.
Al-Jadd terus menjelaskan perkataannya yang merupakan alasan yang dibuat-buat agar tidak harus berangkat ke Tabuk.
“Sungguh, aku khawatir jika melihat perempuan Byzantium, aku akan tidak sabar (untuk menggaulinya).”
Baca Juga: Kisah Ka’ab bin Malik yang tidak Ikut dalam Perang Tabuk (1)
Berangkat Berperang apabila Ada Kepentingan bagi Mereka
Pada kalimat penutup ini, Al-Jadd membuka siapa dirinya sebenarnya.
Kaum Munafiqin di Madinah waktu itu hanya memenuhi panggilan jihad Rasulullah jika ada kepentingan bagi mereka.
Salah satunya adalah fantasi seksual pun bisa mereka pelihara atau menjadi kepentingan mereka dalam jihad.
Secara geografis, kemungkinan Al-Jadd akan bertemu perempuan Byzantium itu sungguh amat kecil.
Alasannya adalah Tabuk itu masih di perbatasan antara provinsi Palaestina dan wilayah Banu Ghassan, jauh dari pemukiman Byzantine.
Kemudian, kota dengan garnizun Byzantium terdekat adalah Amman (Philadelphia) sekitar 455 km ke utara lagi.
Namun, kecil kemungkinan adanya perempuan Byzantine karena itu kota perbentengan militer.
Selain itu, kota terbesar di Syam adalah Damaskus yang masih sekitar 200 kilometer lagi ke utara.
Di kota inilah paling besar kemungkinannya bertemu perempuan Byzantine.
Akan tetapi, Rasulullah tidak menyebutkan rencana sampai ke sana.
Ustaz Agung Waspodo pun mengingatkan kita agar meneliti kembali niat saat berada dalam barisan ini atau saat kita sedang berada dalam jalan kebaikan. [Ind/Camus]