ChanelMuslim.com – Kemenangan semu Idul Fitri. Keriuhan dan kegembiraan menyambut Idul Fitri sudah terlihat dimana-mana beberapa hari sebelumnya. Mulai dari mempersiapkan kebutuhan mudik, mengirimkan bingkisan lebaran untuk kolega dan kerabat, hingga membeli baju baru untuk bersilahturahmi.
Cara yang paling mudah untuk mengukur keriuhan persiapan lebaran adalah dengan melihat berita arus mudik dan kondisi keramaian di pasar. Momen shalat Ied pun selalu menjadi puncaknya. Orang-orang pergi ke masjid menggunakan baju terbaik dan peralatan shalat yang baru.
Baca juga: Idul Fitri dan Pandemi
Kegembiraan tampak dimana-mana saat saling mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan. Apalagi saat seluruh keluarga berkumpul untuk silaturahmi sambil menikmati hidangan istimewa. Momen spesial yang hanya bisa dirasakan saat lebaran tiba.
Namun di sela-sela riuh kegembiraan hari raya Idul Fitri, pasti ada jiwa-jiwa yang merasa sepi sendiri karena telah kehilangan orang-orang yang dicintainya. Apalagi Ramadan kali ini dijalani di tengah pandemi yang menimbulkan ujian tersendiri bagi setiap orang.
Mungkin juga ada jiwa-jiwa yang merasa sedih tak berdaya, karena tak mampu merayakan lebaran dengan mudik, baju baru dan hidangan istimewa yang lezat. Mampukah kita yang sedang berbahagia merayakan Idul Fitri, berbagi kegembiraan itu dengan mereka?
Katanya, Idul Fitri adalah hari kemenangan yang menjadikan orang-orang merayakannya dengan penuh kegembiraan. Pertanyaannya, apakah kita yakin sudah benar-benar menang? Dan jika merasa menang pun, pertanyaan berikutnya adalah merasa menang atas apa?
Kita tak bisa mengukur dosa atau menimbang berat pahala dari semua amalan yang sudah kita lakukan sepanjang Ramadan. Kita pun tak bisa mengetahui apakah Allah sudah benar-benar mengampuni dosa-dosa itu atau tidak.
Menyambut Idul Fitri dengan segala kegembiraannya, hanyalah untuk kemenangan yang semu. Sepatutnya manusia justru merasa sedih karena kehilangan waktu berharga seperti bulan Ramadan dengan segala keutamaannya.
Sepatutnya manusia merasa khawatir, karena takut belum tentu bisa bertemu dengan Ramadan berikutnya. Sehingga dengan bijaksana menutup Ramadan dan menyambut Idul Fitri tanpa kegembiraan berlebihan, seolah-olah menang besar atas sesuatu hal yang kita justru tak mampu mengukurnya.
Baca selengkapnya di oase ChanelMuslim.com