ChanelMuslim.com – Kisah Umar berlanjut dengan penyesalannya. Ia mendengar perkataan adiknya dan merasa putus asa, merasa malu dan menyesali apa yang diperbuatnya.
Ia berkata, “Berikan tulisan yang ada di tangan kalian kepadaku aku ingin membacanya.”
Sebelumnya, adiknya meminta Umar agar bangkit dan mandi karena masih dianggap najis, lalu Umar membaca, “Bismillahirrohmanirrohim. Dia bergumam, ‘Sungguh nama-nama yang baik dan suci.’
Kemudian, Umar membaca surat Thoha sampai kepada ayat berikut.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku.” (Thoha: 14)
Baca Juga:Kisah Keislaman Umar bin Khattab (1)
Kekaguman terhadap Kandungan Ayat
Umar terkagum-kagum dengan kandungan ayat ini dan minta dibawa ke hadapan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam.
Mendengar hal itu, Khobbab keluar dari persembunyiannya sambil berkata, “Wahai Umar, bergembiralah karena sungguh aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam kamis.
“Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai, Umar bin Khattab atau Abu Jahl bin Hisyam.”
Rasulullah ketika itu sedang berada di rumah salah seorang sahabatnya yang terletak di kaki bukit Shofa.
Berjumpalah Umar dengan Rasulullah.
Rasul pun mencengkeram kerah jubah Umar dan gagang pedangnya seraya bersabda.
Baca Juga: Kisah Keislaman Umar bin Khattab (2)
Kisah Umar yang Bersyahadat
“Tidakkah engkau berhenti dari tindakanmu wahai Umar hingga Allah menghinakanmu dan menimpakan bencana atasmu sebagaimana yang menimpa Al-Walid bin Al-Mughiroh?
Ya Allah, inilah Umar bin Khattab!
Ya Allah muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab!
Akhirnya, Umar bersaksi dengan dua kalimat syahadat.
“Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan engkau adalah utusan Allah.”
Para penghuni rumah pun bertakbir sampai terdengar oleh orang-orang yang berada di sekitar Masjidil Haram.
(Tarikh ‘Umar hal. 7, 10, 11, Mukhtashor Sirotir Rosul hal. 102-103, Ibnu Hisyam 1/343, 344, 345, 346.
Dinukil dari kitab “Ar-Rohiqul Makhtum” hal. 89 – 92 secara ringkas karya Shofiyyurrohman Al-Mubarokfuri)
[Ind/Camus]