ChanelMuslim.com – Pengasuhan anak di Belanda tidak dimulai sejak anak berusia dini. Pemerintah Belanda bahkan mendukung pengasuhan anak dengan memberikan fasilitas kesehatan
bahkan sejak anak dalam perencanaan kedua orang tuanya.
Saat pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak dan mengikuti program kehamilan, mereka mendapat tunjangan pelayanan kesehatan,
meliputi konsultasi, cek kesehatan, dan lain-lain senilai 2.000 Euro untuk 1 kali program kehamilan.
Baca Juga: Toxic Positivity dalam Pengasuhan Anak
Pemeriksaan Kehamilan yang Lengkap
“Kalau di Belanda, dari diketahui kehamilan, kita tidak bisa langsung periksa ke RS atau bidan, tapi menunggu sampai pekan ke-8 baru bisa cek kandungan di bidan terdekat,” kata Ade Sinaga,
WNI yang menetap di Amsterdam, Belanda sejak 2014.
Bunda Ade melanjutkan, saat menjalani kehamilan, seorang Ibu mendapat jatah USG hanya dua kali, yaitu pekan ke-12 dan ke-20.
Intensitas pemeriksaan kehamilan kurang lebih sama dengan di Indonesia, yaitu pada trimester awal diperiksa rutin beberapa pekan sekali, lalu mulai intens pada trimester terakhir.
“Nah, di Belanda, untuk ibu hamil, diberikan semacam buku lengkap mengenai kehamilan hingga melahirkan. Di buku ini dijelaskan bagaimana ibu harus mempersiapkan diri baik segi mental, kesehatan,
untuk ibu hamil disarankan minum asam folat dan vitamin D,” tambah Ade dalam Webinar Jelajah Ramadan, Mengenal Pengasuhan di Empat Negara,
yang diselenggarakan ChanelMuslim.com, Jumat (16/4/2021).
Baca Juga: Bergembira atas Berita Kehamilan
Pada pekan ke-20, ibu hamil di Belanda akan mulai ditanyakan untuk pemeriksaan janin lebih lanjut untuk mengetahui apakah janin mengalami kelainan,
seperti down syndrome, penyakit tulang lemah, atau yang lainnya. Namun, hal itu tidak wajib diikuti jika pasangan suami istri tidak berkenan.
Buat Ade yang menikah pada usia 33 tahun dan hamil pada umur 35 tahun, menjalani pemeriksaan saat kehamilan anak pertama cukup menakutkan. Ia pun memilih untuk tidak mengikutinya.
Intinya, pemerintah Belanda memberikan dukungan penuh kepada ibu hamil untuk benar-benar memastikan kondisi ibu dan bayinya sehat selama proses kehamilan.
Di sisi lain, ibu juga berhak untuk menggugurkan kandungan jika tidak sanggup menerima sang bayi yang mengalami kelainan.
“Tapi enaknya di sini, proses melahirkan alhamdulillah di sini enak, tidak ada pilihan Caesar,” ujar Bunda dari Ambar dan Aki itu.
Baca Juga: Peduli Pengasuhan Anak, Salimah Papua Selenggarakan Webinar Parenting
Perawat untuk Ibu yang Baru Melahirkan
Lain di Indonesia, lain pula di Belanda. Jika di Indonesia, banyak sanak kerabat yang mungkin bisa membantu ibu yang baru melahirkan, tapi di Belanda,
ada perawat yang ditugasi untuk merawat ibu yang baru melahirkan.
“Jadi, ibu yang baru melahirkan dapat fasilitas perawat juga, 48 jam jatahnya, sekitar seminggu ya. ‘Nanny’ ini bukan hanya merawat ibu dan bayi, tapi juga memberikan penguatan, motivasi untuk ibu,” tambah Ade.
Lucunya, di Belanda, memandikan bayi itu hanya bisa dilakukan pada hari ke-7. Alasannya, agar tali pusat bayi benar benar kering, baru dimandikan.
“Mereka bilang, air ketuban itu bagus untuk bayi, jadi bayi hanya dilap saja, tidak dimandikan, dibiarkan sampai 7 hari,” kata muslimah asal Medan, Sumatera Utara itu.
Baca Juga: Kebutuhan Memahami Anak Usia Dini
Sekolah untuk Anak Usia Dini
Soal pengasuhan anak pada usia dini, sejak usia 1 tahun, pemerintah Belanda mulai menyurati orang tua untuk ‘menyekolahkan’ anaknya.
“Belanda punya sistem pendidikan, anak itu mulai dari 0 tahun sudah bisa sekolah, tapi saya mulai menyekolahkan anak saya pada umur 1 tahun.
Ada yang namanya Taman Bermain, bukan tempat penitipan anak karena orang tuanya juga ikut di situ,” jelas Ade.
Kemudian, pada usia 2 tahun, jika orang tua bekerja, anak dapat bersekolah di daycare. Jika salah satu orang tua bekerja, anak dapat mulai sekolah sejak usia 4 tahun,
yaitu tingkat play group atau taman kanak-kanak. Biaya pendidikan anak-anak juga ditanggung oleh pemerintah.
Sebagai ilustrasi, Ade memberikan hitungan tunjangan yang diterimanya.
Tunjangan untuk anak di Belanda diberikan hingga berusia 18 tahun, ini berlaku untuk warga yang tinggal di Belanda atau warga Belanda yang tinggal di luar negeri.
Karena Ade bersuamikan orang Belanda, statusnya mengikuti suaminya.
Ade mendapat 2.487 Euro per tahun ditambah 297 Euro ekstra per tahun untuk setiap anak berikutnya. Total tunjangan yang ia dapat sebesar 3.190 Euro per tahun.
Baca Juga: Anak Usia Dini Harus Dilatih Berpikir Kritis
Kebebasan Berpendapat sejak Kecil
Mengenai pengasuhan di Belanda, anak-anak di Belanda lebih suka keteraturan daripada disiplin. Semua ada waktunya, bahkan jam makan.
“Usia dua tahun, anak itu sudah bisa mengutarakan apa yang dia inginkan, dan orang tua harus mendengarkan,” ujar Ade.
Kebebasan berpendapat dan keteraturan itu memberikan pelajaran untuk Ade, terutama dalam mengasuh anak.
Ia harus bertanya dulu kepada anak ketika anak mendapat kata-kata baru, tidak langsung menghakimi.
Anak-anak di Belanda, sejak usia dini, sudah diajarkan kemandirian.
“Anak-anak mulai dari Voorschool di sini sudah diajarkan mandiri, pakai baju, jaket, kaos kaki sendiri.
Saya sebagai ortu, terbantu banget tinggal di Belanda, anak tidak terlalu merepotkan,” kata Ade.
Meskipun sistem pendidikan dan pengasuhan di Belanda dipandang baik dan maju, Ade tetap mempertahankan pola asuh yang dia terima sejak masih kecil dari kedua orang tuanya.
Sebagai seorang muslim, ia mengajarkan anak-anaknya untuk tetap memegang ajaran agama.
“Saya ajarkan anak-anak beribadah, mengucapkan salam, memanggil kakak atau adik, makan pakai tangan, dan menggunakan bahasa Indonesia,” kata alumnus Universitas Sumatera Utara itu.
Baca Juga: Memohon Pertolongan Allah dalam Pengasuhan Anak
Puasa Ramadan di Belanda
Sejak 2014, Ade menetap di Belanda. Ia merasakan puasa pertama di Belanda bertepatan dengan kehamilan anak pertama.
Meskipun hamil, ia tetap berpuasa dengan durasi puasa yang cukup panjang, yaitu sejak pukul 3 pagi hingga 10 malam.
Namun, saat menyusui, ia tidak sanggup berpuasa.
Ia mengakui, pola makan yang ia jalani membantunya saat berpuasa.
“Saya makan secukupnya, enggak terlalu harus banyak makan karena jeda buka ke sahur kan dekat, dan kurma jangan lupa, itu kuncinya,” jelas Ade.
Baca Juga: Aktivis Muslim Mendapat Kursi di Parlemen Belanda
Isu LGBT
Belanda juga dikenal sebagai negara pendukung LGBT. Namun bagi Ade, hal seperti itu memang wajar ditanyakan,
tapi ia berharap Allah subhanahu wa taala melindungi dirinya dan keluarganya dari hal-hal buruk.
Ia mengatakan, ketika hal-hal buruk yang kita cari di suatu negeri, itulah yang akan kita temukan. Sebaliknya, jika kita mencari hal-hal baik, maka kita akan mendapatkan kebaikan.
Begitu juga di Belanda. Ia bersyukur, para publik figur di Belanda dan juga orang-orang yang mendukung LGBT tidak menampakkan self affection mereka di muka umum maupun di televisi.
Di dalam aturan warganegara juga diatur mengenai pergantian kelamin yang dibolehkan setelah berumur 18 tahun.
Anak-anak juga dikenalkan mengenai konsep LGBT di sekolah, tapi disesuaikan dengan usia mereka.
Bagi Ade dan suami, ia selalu berdoa mohon dijauhkan dari hal tersebut.
ChanelMuslim.com menyelenggarakan Webinar Jelajah Ramadan bertema Mengenal Pengasuhan di 4 Negara, yaitu dengan menghadirkan narasumber dari Belanda, Jepang, Arab Saudi, dan Indonesia.
Webinar digelar selama 4 kali, yaitu Jumat (16/4), Rabu (21/4), Rabu (28/4), dan Rabu (5/5). [ind]