Chanelmuslim.com – Perhatikan pemuda gagah itu. Warna kulitnya merah cerah bercahaya. Ia lemah lembut, sopan, santun, pengasih, penyayang, baik, rendah hati dan shalih. Ia pemberani, tak kenal takut. Ia pemurah, tak takut miskin. Jiwanya begitu bersih. Ia jujur dan bisa dipercaya.
Pendeknya, semua sifat baik dan keistimewaan ada pada laki-laki ini.
Namun, Anda perlu heran karena Anda sedang berhadapan dengan orang yang paling mirip dengan Rasulullah, baik bentuk tubuh maupun akhlaknya.
Anda sedang berhadapan dengan orang yang dijuluki Rasulullah sebagai “Penyantun orang-orang miskin”.
Anda sedang berhadapan dengan orang yang dijuluki Rasulullah sebagai “Si Bersayap Dua di Surga”.
Anda sedang berhadapan dengan “Si Burung Surga” yang selalu berkicau.
Siapakah dia? Dia adalah Ja’far bin Abu Thalib. Satu dari para tokoh generasi Islam pertama yang mempunyai saham besar dalam mewarnai nurani kehidupan.
Ia datang kepada Rasulullah saw untuk memeluk Islam. Sungguh satu kemuliaan tersendiri bagi mereka yang memeluk Islam di masa-masa awal. Hari itu, sang istri, Asma’binti Umais, juga memeluk Islam.
Gangguan dari orang-orang kafir, mereka hadapi dengan berani dan sabar.
Ketika Rasulullah memutuskan agar kaum muslimin hijrah ke Habasyah, Ja’far dan istrinya ikut dalam rombongan hijrah itu. Mereka tinggal di sana cukup lama, hingga dikarunia 3 anak : Muhammad, Abdullah, dan Auf.
Selama di Habasyah, Ja’far tampil sebagai juru bicara yang cekatan. Ia pantas mewakili Islam dan Rasulullah. Itu semua karena Allah telah memberinya karunia istimewa berupa hati yang tenang, akal dan pikiran yang cerdas, jiwa yang mampu membaca situasi, dan cara bicara yang baik.
Hijrahnya kaum muslimin ke Habasyah tidak mampu meredam kemarahan dan kebencian orang-orang kafir Quraisy, bahkan mereka takut kaum muslimin akan semakin besar di Habasyah. Paling tidak, mereka merasa malu karena kaum muslimin bisa lolos dengan selamat dari Mekah. Atau, keberadaan kaum muslimin di Habasyah akan memberikan harapan masa depan bagi Muhammad dan agama Islam.
Mereka sepakat untuk mengirim dua orang utusan menghadap Raja Najasyi dengan membawa hadiah-hadiah yang sangat berharga. Tujuannya hanya satu, agar Raja Najasyi mengusir Kaum Muslimin dari Habasyah.
Dua orang utusan itu ialah Abdullah bin Abu Rabi’ah dan Amru bin ‘Ash, yang saat itu belum memeluk Islam.
Najasyi, Raja Habasyah saat itu, adalah pemeluk Nasrani sejati. Jauh dari fanatisme dan menutup diri.
Nama baik dan keadilannya telah tersebar ke mana-mana. Karena itulah Rasulullah saw. memilih Habasyah sebagai tempat hijrah bagi kaum muslimin. Dan karena itu pula kaum kafir Quraisy merasa khawatir kalau maksud dan tipu muslihat mereka tidak berhasil. Oleh sebab itu, mereka membekali kedua utusan dengan hadiah-hadiah yang sangat berharga untuk para pendeta. Para pembesar kafir Quraisy berpesan kepada kedua utusan untuk tidak bertemu Najasyi sebelum memberikan hadiah kepada para pendeta, dan sampai para pendeta itu setuju dengan maksud kedatangan mereka, sehingga nantinya para pendeta berada di pihak mereka saat bertemu Najasyi.
Kedua utusan itu pun tiba di Habasyah. Mereka bertemu para pendeta dengan membawa hadiah-hadiah berhaga. Setelah itu baru mengirimkan hadiah kepada Najasyi.
Mereka tidak henti-hentinya berusaha menyulut kebencian para pendeta kepada kaum muslimin. Keduanya meminta dukungan mereka agar Raja Najasyi mengusir kaum muslimin dari Habasyah. (bersambung)
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom