ChanelMuslim.com- Hidup ini seperti main game. Semuanya menjadi serba nanti dan tanggung. Baru setelah listrik mati, permainan sudah tidak menarik lagi.
Kalau ditanya apa tugas utama hidup, jawabnya begitu sederhana: ibadah. Dalilnya pun mungkin sudah kita tahu. Bahwa, Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk ibadah kepadaNya.
Jadi nilai hidup ini adalah satu: ibadah. Selebihnya tak ada yang berarti. Kecuali, kegiatan pemenuhan sarana untuk ibadah. Makanan bergizi untuk ibadah. Istirahat cukup untuk ibadah. Ekonomi mapan juga untuk ibadah. Menimba ilmu, apalagi kalau bukan untuk ibadah.
Masih banyak sisi lain dari hidup ini yang mestinya ditujukan untuk ibadah. Tak ada tujuan lain. Ibarat petani yang bersusah payah di sawah, tujuannya untuk meraih panen sebanyak-banyaknya. Begitu pun hidup ini, tujuannya untuk bisa panen pahala di akhirat.
Namun, siapa sangka semua idealisme itu kadang bisa hanyut dalam alam fatamorgana ini. Alih-alih hal besar yang diniatkan untuk ibadah, ibadah rutinnya saja kurang terurus. “Ah, masih ada waktu. Masih ada satu jam lagi,” begitulah saat waktu shalat berlalu begitu jauh.
Padahal, waktu shalat yang tersebar menjadi lima sudut hidup ini memiliki tujuan tersendiri. Intinya, Allah menginginkan hamba-hambaNya bersua di momen-momen penting dari putaran hari: saat bangun tidur, saat paling asyik menyelami sibuknya ruang hari, saat suasana hari akan berganti, dan saat malam akan menjelang.
Jangan pernah merasa lebih tahu dengan pilihan waktu-waktu ini. Jangan ubah segarnya fajar menjadi terbitnya matahari. Jangan ubah puncak siang menjadi menjelang sore. Dan, jangan ubah menjelang malam menjadi tengah malam sekali.
Pilihan itu datang dari Yang Maha Tahu tentang hikmah perguliran hari. Di momen-momen itulah ruh kita merasakan dahaga. Haus untuk mereguk sapaan Ilahi. Tepatilah pilihan waktu-waktu itu. Karena pilihan itu menyimpan seribu satu hikmah yang bisa kita raih.
Begitu pun dengan sebagian rezeki yang diperoleh. Obat kikir itu sedekah. Berat, memang. Tapi paksakanlah, karena obat mujarab umumnya memang terasa pahit.
Logika dunia memang mengajarkan apa yang bertambah itu keuntungan. Dan, apa yang berkurang itu kerugian. Padahal, bertambah dan berkurang itu kalkulasi semu. Ada unsur hidup yang tak terkait dengan bertambah dan berkurang: yaitu bahagia.
Inilah rumus yang belakangan menjadi cara baru meraih sehat batin di masyarakat Barat. Silahkan hadiahkan harta yang paling disuka, karena di situlah tersembunyi kunci bahagia.
Sayangnya, dunia kadang menjadi terbalik. Kita yang sejak lahir memiliki ajaran pamungkas ini terus menjauh, sementara mereka yang selama ini terkungkung materi justru mulai merapat. Dan, mulai menemukan sisi lain rumus sedekah.
Hal pasti yang kerap dilupakan adalah mati. Inilah momen pemutus semua angan-angan. Bahwa, dunia tidak pantas diletakkan jauh melampaui keterbatasannya.
Ada saatnya ketika mati datang di luar kalkulasi nafsu. Tiba-tiba, dia sudah di depan mata. Lenyaplah semua obsesi dan khayalan. Tersibaklah semua hijab. Tentang, seperti apa nasib kita di alam yang tak lama lagi akan dikunjungi.
Cahaya terasa mulai redup. Nafas tersenggal. Udara seperti menipis. Mata tak lagi mampu melihat yang nyata. Hanya mata batin yang terus terbelalak. Dihadapkan dengan pemandangan berbeda di alam baru sana.
Kita pun mulai berujar, “Sekiranya ajalku bisa ditunda sesaat. Aku akan ibadah lebih baik, dan bersedekah lebih banyak.”
Sayangnya momen penting itu tak mengenal kata tunda. Semuanya sudah berlalu. Dan, kematian seperti listrik mati yang menyudahi semua permainan dan angan-angan. (Mh)