Bahasa Kasih Sayang untuk Ananda (Bagian 1), Oleh: Ustazah Rochma Yulika
ChanelMuslim.com – Tak cukup membesarkan anak dengan ilmu yang terbatas. Sebagai orang tua kita harus terus belajar. Saya pun demikian. Karena tidak ada kata berhenti untuk menuntut ilmu. Mengapa demikian?
Keadaan selalu berubah yang menyebabkan perubahan pola perilaku anak bahkan sejak bayi. Alih-alih peradaban membuat apa yang terjadi di luar apa yang kita pikirkan. Maka belajar menyesuaikan dengan keadaan tugas kita tentunya sebagai orang tua.
Pola asuh orang tua kita dulu tidak mungkin bisa kita terapkan di masa sekarang. Kita sebagai memang belajar secara tidak langsung apa yang mereka lakukan kepada kita setiap harinya.
Namun bila semua yang kita serap, lantas kita praktikkan kepada anak kita saat ini, belum tentu akan membawa hasil yang sama. Atau justru sebaliknya, yakni muncul masalah pada anak kita. Harus jeli memilih tindakan dan siap mengubah cara mendidik sesuai dengan kebutuhan pokok ananda.
Mendidik anak penuh kasih sayang. Itu hal utama yang harus ada ketika mendidik dia dari kecil hingga besar bahkan sampai kapan pun kasih sayang yang akan menghadirkan kenyamanan dan kebahagiaan.
Kasih sayang akan bisa kita tersampaikan kepada anak kita dengan beberapa sikap nyata yang diberikan kepada anak kita.
Allah akan mencabut sifat belas kasih apabila orangtua tidak menyayangi anak. Maka sebagai orangtua, wajib menyayangi anak agar tumbuh pula rasa kasih sayang itu pada diri anak. Allah sangat mencintai kelembutan dan rasa kasih sayang. Sementara Allah sangat membenci sikap kekerasan.
Baca Juga: Bahasa Kasih Sayang untuk Ananda (Bagian 2)
Bahasa Kasih Sayang untuk Ananda (Bagian 1)
Rasulullah Saw bersabda, “Tiada kuasa Aku (menolong kamu) jika Allah telah mencabut sifat belas kasih dari hatimu.” (HR Bukhari)
Islam sangat mengharapkan agar umat Islam memiliki rasa berkasih sayang, baik kepada diri sendiri, suami atau istri, anak-anaknya, orangtua, begitu juga pada sesama.
Saling menyayangi antara orangtua dengan anaknya diharapkan agar mereka menjadi generasi sholeh dan sholehah yang memiliki sikap penuh kasih sayang. Begitu halnya anak-anak hendaknya menyayangi orangtuanya, sehingga terwujud keluarga sakinah, mawadah warrahmah, dan selalu diliputi kebahagiaan.
Sentuhan kepada anak kita
Jabir bin Samurah, sahabat Nabi Muhammad Saw, mengatakan bahwa Rasulullah suka mengusap kepala anak-anak. Suatu ketika, dirinya pernah shalat bersama Rasulullah pada shalat Dhuhur.
Seusai shalat, Rasulullah keluar ke tempat keluarganya, dia pun keluar bersama Rasulullah. Rasulullah tampak menciumi anak-anaknya dan mengusap kedua pipi mereka satu persatu.
Menyayangi anak adalah perintah agama karena Islam banyak mengajarkan kasih sayang kepada siapapun. Rasulullah Saw telah mencontohkan bagaimana cara menyayangi anak, seperti menciumnya, lemah lembut, belas kasihan, menahan marah dan memaafkan anak-anak.
Waktu yang berkualitas ketika bersama mereka
Selalu menyediakan waktu untuk anak sejak mereka lahir sudah seharusnya. Karena mendidik anak adalah hal yang menjadi prioritas. Kelak di akhirat, bahkan hal yang pertama ditanyakan adalah bagaimana kita menjaga anak-anak kita agar berada dalam ketaatan. Mendidik mereka dari tidak memahami agama menjadi paham.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” (Fathul-Bâri Syarh Shahîhil-Bukhâri, Ibnu Hajar al-‘Asqalâni)
Situasi seperti ini akan menciptakan kehangatan dalam hubungan orang tua dengan anaknya, mereka merasa aman dan nyaman serta dicintai oleh orang tuanya sehingga anak kita tumbuh kembangnya berjalan dengan baik.[ind]
bersambung