ChanelMuslim.com- Bukan Universitas Islam Negeri atau UIN kalau nggak bikin heboh. Kali ini di UIN Sunan Kalijaga. Sebuah disertasi S3 atau program doktoral di universitas itu mengangkat bahasan bolehnya hubungan seksual di luar pernikahan.
Dilansir dari VIVAnews, Selasa 3 September 2019, disertasi itu milik seorang mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga bernama Abdul Aziz.
Pendapat Aziz itu berlandaskan konsep milkul yamin seorang intelektual muslim asal Suriah, Muhammad Syahrur.
Aziz menjelaskan, bahwa hubungan badan diperbolehkan antara pria dan wanita, asalkan berada dalam satu dari dua lingkup yang berbeda, yakni pernikahan dan milkul yamin. Menurutnya, konsep milkul yamin ada di dalam Alquran surat Al Mukminun ayat 6.
"Diperbolehkan berhubungan seksual dengan istri atau milkul yamin, yakni mitra seksual selain istri," ujarnya.
Dalam Surah Al Mukminun ayat 6 itu berisi, “kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.”
Kata-kata malakat aymaanuhum itulah yang disebut Aziz dengan milkul yamin.
Lalu, bagaimana sebenarnya tafsir ayat itu? Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan arti tentang malakat aymanuhum.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang menjaga kemaluan mereka dari apa-apa yang diharamkan. Mereka tidak meletakkannya di tempat-tempat yang dilarang Allah swt, seperti zina maupun liwath (berhubungan dengan sesame jenis). Mereka tidak mendekati kecuali kepada para istri mereka yang dihalalalkan Allah kepada mereka juga kepada para budak yang mereka miliki. Dan siapa yang menggauli apa-apa yang dihalalkan Allah maka hal itu tidaklah tercela dan tidak ada kesempitan didalamnya. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz V hal 462)
Al Baghowi mengatakan bahwa ayat tersebut diatas adalah khusus untuk kaum laki-laki. Hal ini ditunjukkan dengan firman-Nya أو ما ملكت أيمانهم “budak yang mereka (kum laki-laki) miliki. Tidak diperbolehkan bagi kaum wanita menggauli para budak laki-laki yang dimilikinya. (Ma’alimut Tanzil juz V hal 410)
Sayyid Qutb mengatakan di dalam tafsirnya bahwa Islam datang sementara perbudakan telah menjadi aturan internasional. Perbudakan dikarenakan suatu peperangan sudah menjadi peraturan negara-negara (saat itu). Tidak mungkin bagi islam menghapuskan sistem ini dari satu sisi.
Pada saat memasuki peperangan dengan musuh-musuhnya…orang-orang muslim yang tertawan oleh musuh-musuhnya dijadikan budak-budak mereka sementara kaum muslimin membebaskan musuh-musuh mereka yang berhasil ditawan..?! Islam meringankan seluruh sumber-sumber perbudakan kecuali budak yang didapat dari peperangan…
Beliau juga mengatakan bahwa perbudakan dikarenakan peperangan ini merupakan sesuatu yang darurat dan temporer. Dia adalah darurat di dalam memperlakukan budak yang bisa dujadikan contoh oleh seluruh dunia di dalam memperlakukan para budak..” (Fii Zhilalil Qur’an juz IV hal 2455 – 2456) (Eramuslim, Ustaz Menjawab edisi 3 September 2019)
Jadi, milkul yamin, menurut para ulama, bukan mitra seks seperti yang disebut Aziz dalam disertasi itu. Melainkan, budak-budak wanita yang didapat dari peperangan.
Sayangnya, disertasi itu sudah terlanjur berproses di universitas tersebut. Saat sidang, Aziz menjelaskan bahwa ia berhasil mempertahankan disertasi tersebut. Menurut tim penguji, karena telah memenuhi syarat metodologi, maka secara akademik disertasi itu tidak bisa dibatalkan. (Mh)