MEMBANGUN ikatan persaudaraan di antara anak-anak serta menjaga keistiqomahannya itu tidak mudah. Namun sesungguhnya fitrah manusia itu berkasih sayang di antara sesama.
Hanya saja, kita perlu berikhtiar untuk membentuk lingkungan agar nilai-nilai persaudaraan dan kasih sayang itu dapat tumbuh subur.
Baca Juga: Silaturahim Itu Merekatkan Ikatan Kekeluargaan
Membangun Ikatan Persaudaraan di Antara Anak
Dijelaskan oleh Kiki Barkiah, pertengkaran dan perselisihan adalah sesuatu yang wajar terjadi ketika mereka masih berusia kecil, hal ini terkait dengan keterbatasan pengalaman dan pemahaman mereka akan nilai-nilai kehidupan.
Namun, bagaimana kita merespons peristiwa perselisihan antarsaudara ketika mereka kecil, menjadi salah satu faktor yang akan mewarnai bagaimana gambaran persaudaraan mereka di masa yang akan datang.
Ketidakbijaksanaan orang tua dalam merespon pola hubungan antar saudara sering menjadi penyebab ketidakakuran hubungan saudara di masa yang akan datang.
Terlebih bila ada ketidakadilan dalam pembagian perhatian dan kasih sayang, serta dalam hal ketegasan pendidikan dan penegakkan aturan.
Perlu memperbanyak momentum kebersamaan dalam kebahagiaan sehingga kenangan itu kelak akan menjadi pengikat hati di antara mereka.
Perlu memperbanyak latihan empati, kepedulian, toleransi, dan sikap tolong menolong melalui kejadian-kejadian sehari-hari, agar kelak mereka dapat membangun sebuah persaudaraan yang saling membangunkan yang terjatuh, menopang yang rapuh, mendukung yang lemah, meluruskan yang khilaf.
Sebuah persaudaraan yang saling tolong-menolong dalam kebajikan serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sehingga kelak ketika kita tiada, tongkat estafet penjagaan dan bimbingan anak dapat kita teruskan kepada saudara-saudara mereka.
Latihan kepedulian, empati, toleransi tolong-menolong harus kita latih dari hal-hal yang sederhana sedari mereka kecil. Agar mereka merasa menjadi bagian dari sebuah tim besar yang saling bekerja sama untuk memenuhi keperluan, kebutuhan dan mewujudkan tujuan bersama.
Oleh sebab itu, ketika tangan dan kaki ayah-ibu sedang tidak mampu untuk melakukan sesuatu kepada anaknya, ada pembagian tugas kepada saudara lainnya untuk membantu. Meskipun secara tanggung jawab menjadi tanggung jawab orang tua, namun secara tugas dapat didelegasikan.
Mulailah dari hal-hal yang sederhana, agar mereka terbiasa saling mendukung dan membantu, dengan bobot yang sesuai dengan usia dan kemampuannya.
Jangan mengambil semua beban dan melakukan segala hal sendiri seperti seorang super parent. Berbagilah beban dan tugas kepada seluruh anak, termasuk dalam hal memenuhi kebutuhan saudara lainnya agar mereka terbiasa saling bekerja sama, saling membantu, saling menopang.
Adik-adik pun akan tumbuh rasa cinta dan kasih sayang kepada kakak-kakak mereka yang sering membantu. Kelak ketika sudah lebih dewasa adik-adik pun akan bergantian memberi kontribusi.
Memilih untuk tidak mempunyai baby sitter dan melatih kakak-kakak menjadi baby sitter bagi adiknya, menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk membangun kepedulian dan empati itu, asalkan dilakukan dengan bijaksana dan sesuai dengan kemampuan kakak.
Bangun pula komunikasi yang memungkinkan di antara saudara itu dapat saling memberikan nasihat dan masukan kepada saudara lainnya. Tentunya dengan terus mengajarkan mereka tentang adab dalam berkomunikasi dan menyampaikan pendapat.
Kebanyakan keluarga hari ini sulit menemukan komunikasi yang berbobot dan hangat antarsaudara, karena kesibukan mereka dengan dunia virtual.
Terakhir, jadikanlah anak-anak kita sebagai dai yang menyeru kepada kebaikan, beramar ma’ruf nahi mungkar. Sehingga sebelum ia melakukan hal itu kepada orang lain, maka kewajiban yang paling utama adalah kepada saudara terdekat.
Maka, mudah-mudahan kelak hubungan yang terbangun di antara mereka adalah hubungan dakwah yang sama-sama saling menguatkan untuk meraih kehidupan mulia di akhirat kelak. [ind/Cms]