oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
ChanelMuslim.com–Sejak 14-15 abad lalu, Allah Ta’ala sudah menyebutkan akan datangnya masa umat Islam menjauh dari Alquran. Menjauh artinya tidak membacanya, mentabburinya, apalagi mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Alquran ini sesuatu yang dijauhi.”
(QS. Al-Furqan, ayat 30)
Sungguh, menjauh dari Alquran adalah berbahaya bagi seorang muslim, atau masyarakat muslim, bahkan bagi umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam banyak ayat-Nya.
Di antaranya:
1. Penghidupan yang sempit (Ma’isyatan Dhanka)
Hal ini Allah Ta’ala tegaskan dalam Alquran:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit,
(QS. Tha-Ha, Ayat 124)
Maksud dari “berpaling dari peringatan-Ku” adalah berpaling dari Alquran.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:
أي خالف أمري وما أنزلته على رسولي أعرض عنه وتناساه وأخذ من غيره هداه
Yaitu menyelisihi perintah-Ku dan menyelisihi apa-apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (Alquran), berpaling darinya dan melupakannya dan menjadikan selainnya sebagai petunjuk.
(Tafsir Alquran Al ‘Azhim, 5/283)
Adapun “penghidupan yang sempit” yaitu kehidupan dunianya, baik hakiki yaitu sempit nafkahnya, atau sempit secara maknawi yaitu dadanya sempit dan gelisah, karena dia hidup di atas kesesatan, atau permasalahan yang tidak kunjung usai, dan lainnya.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:
أي ضنكا في الدنيا، فلا طمأنينة له ولا انشراح لصدره، بل صدره ضيق حرج لضلاله، وإن تنعم ظاهره ولبس ما شاء وأكل ما شاء وسكن حيث شاء، فإن قلبه ما لم يخلص إلى اليقين والهدى فهو في قلق وحيرة وشك، فلا يزال في ريبة يتردد فهذا من ضنك المعيشة.
Yaitu sempit di dunia, tidak tenang, dan tidak lapang dadanya, tapi hatinya sempit karena kesesatannya. Walau zahirnya menampakkan nikmat hidup, memakai pakaian apa saja yg dia suka, memakan apa yang dia mau, dia tinggal di mana pun dia suka, tapi hatinya belum bersih kepada keyakinan dan petunjuk, hatinya gelisah dan dipenuhi keraguan, terus menerus dikuasai kebimbangan. Itulah kehidupan dunia yang sempit. (Ibid)
Maka, jika kita dirundung kegelisahan, ditimpa masalah demi masalah .. coba lihat dan evaluasi bagaimana hubungan kita dengan Alquran ..
Sementara itu, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata: Rasulullah ﷺ bersabda tentang makna “penghidupan yang sempit”, maksudnya adalah “Azab Kubur.” Sanadnya jayyid. (Imam Ibnu Katsir, Ibid, 5/284)
2. Dikumpulkan di akhirat dalam keadaan buta
Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang sama dengan poin pertama:
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
” … dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS. Tha-Ha, ayat 124)
Ini sesuatu yang menakutkan. Di dunia, kebutaan saja sudah tidak mengenakkan dan membingungkan, walau banyak manusia yang dapat membantu kita. Lalu, bagaimana kebutaan di akhirat, di mana manusia tidak bisa membantu satu sama lainnya karena masing-masing bertanggung jawab atas amalnya sendiri?
Buta di sini bermakna hilangnya penglihatan, hilangnya arah, petunjuk, dan kendali, di akhirat nanti.
Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:
أي مَسْلُوبَ الْبَصَرِ، وَقِيلَ: المراد العمى عَنِ الْحُجَّةِ، وَقِيلَ: أَعْمَى عَنْ جِهَاتِ الْخَيْرِ لَا يَهْتَدِي إِلَى شَيْءٍ مِنْهَا
Yaitu kaburnya penglihatan. Dikatakan bahwa maksud dari buta adalah buta dari hujjah. Dikatakan pula, buta terhadap arah kebaikan, dan dia tidak ada petunjuk untuk sedikit pun mencapai ke sana.
(Fathul Qadir, 3/462)
Sebab, Alquran adalah kitab petunjuk bagi manusia, ke arah yang lurus dan paling benar, maka melupakannya akan membuatnya jauh melenceng dari kebenaran. Penyesalan itu pun datang kemudian.
Allah Ta’ala berfirman:
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰل
ِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ
Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”
Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”
(QS. Tha-Ha, ayat 125-126)
Demikian. Wallahu a’lam.
(Bersambung)
[ind]