SAHABAT Muslim, jangan sampai kita menjadi salah satu tipe istri yang membuat suami tidak bahagia. Kata orang, pernikahan mampu mengubah seseorang. Pendapat ini ada benarnya. Seorang yang menikah biasanya akan menjadi lebih bertanggung jawab dan berhati-hati dalam mengambil langkah dalam hidupnya.
Selain itu, kebiasaan pasangan bisa menular kepada pasangannya. Dan tentu saja perangai pasangan bisa mempengaruhi pasangannya.
Baca Juga: Tipe-tipe Istri kalau Lagi Marahan sama Suami
6 Tipe Istri yang Membuat Suami Tidak Bahagia
Khusus untuk para Muslimah, Imam al Ghozali selalu mengingatkan tentang sifat-sifat perempuan yang sebaiknya tidak dinikahi, yaitu:
1. Al Annanah
Al Annanah adalah perempuan yang suka mengeluh dan mengadu. Perempuan tipe ini membuat suami sulit mencapai sakinah dalam keluarga.
Sebab suka mengeluh tidak mendatangkan solusi apapun. Ia justru bisa menguras emosi suami. Sedangkan mengadu sering merusak hubungan baik dengan sesama; baik kerabat maupun sahabat. Apalagi jika yang suka diadukan istri adalah orangtua suami.
2. Al Mananah
Al Mananah adalah perempuan yang suka mengungkit-ungkit kebaikan dan jasanya. Perempuan tipe ini membuat seorang laki-laki terhambat menjalankan perannya sebagai pemimpin keluarga.
Jika ia berbeda pendapat dengan istrinya, sang istri mengungkit kebaikan dan jasanya. Apalagi jika secara ekonomi sang suami “lebih rendah” dari istrinya. Selain itu, mengungkit kebaikan berbahaya bagi kehidupan akhirat keluarga. Perilaku mengungkit kebaikan mengancam terhapusnya pahala kebaikan tersebut.
3. Al Hananah
Al Hananah adalah perempuan yang suka menceritakan dan membanggakan orang di masa lalu. Jika ia janda, ia membangga-banggakan mantan suaminya.
Jika ia belum pernah menikah sebelumnya, ia membangga-banggakan ayahnya dan membandingkan dengan suaminya. Mungkin membangga-banggakan saudaranya atau temannya di hadapan suami. Yang lebih menyakitkan jika istri membanggakan mantan pacarnya di hadapan suami.
4. Al Haddaqah
Al Haddaqah adalah perempuan yang hobi belanja. Mudah tertarik pada promo-promo suatu produk dan langsung meminta suami untuk membelikan.
Sifat boros dan konsumtif ini tidak sekedar menguras isi kantong suami tapi juga menguras emosi suami. Dalam keadaan berlebihan saja kita dianjurkan untuk hidup qanaah dan sederhana. Apalagi dalam keadaan serba pas-pasan atau kekurangan.
Kebiasaan senang berbelanja bisa menjerat diri pada kebiasaan berutang, riba atau bahkan pada tindak kriminal seperti mencuri atau korupsi. Naudzubillahi min dzalik.
5. Al Barraqah
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa ada dua makna al Barraqah. Pertama, ia adalah tipe perempuan yang suka berhias sepanjang hari. Meskipun demi tampil cantik di hadapan suami, berhias sepanjang hari termasuk sikap berlebihan.
Berlebihan dalam belanja kosmetik dan berlebihan dalam menghabiskan waktu dan mengabaikan kewajiban-kewajiban lainnya. Apalagi jika niatnya bukan untuk suami.
Kedua, perempuan yang suka ngambek, tidak mau makan dan suka mengurung diri di kamar sendirian. Setiap saat selalu merasa gloomy, merana. Istilahnya, ia tipe penyedih.
Coba bayangkan apa yang dirasakan suami jika terus-terusan melihat istrinya yang selalu merana, bersedih dan tidak ceria. Tentunya suami juga akan merasa tidak bahagia. Dia akan merasa diabaikan. “Kan yang punya hati bukan cuma kamu!” serunya dalam hati. Bagaimana keluarga bisa sakinah mawaddah wa rahmah kalau suasana rumah tangga begini adanya?
6. Asy Syaddaqah
Asy Syaddaqah adalah tipe perempuan yang suka nyinyir dan banyak bicara. Hampir setiap hal dikomentari dan komentarnya bukanlah komentar yang bermanfaat.
Ada hal yang wajar saja dikomentari negatif apalagi jika ada kesalahan. Kenyinyiran istri ini sering membuat suami merasa jengah bahkan malu. Apalagi jika sedang berkumpul dengan teman, sahabat dan kerabat. Perempuan seperti ini akan membuat suami sulit menemukan kedamaian karena semua sikapnya akan menjadi sasaran komentar nyinyir sang istri.
Enam tipe perempuan inilah yang bisa membuat rumah tangga tidak menemukan sakinah mawaddah wa rahmah. Yang muncul kemudian adalah perasaan gelisah, was-was dan ketidaknyamanan. Padahal tujuan pernikahan salah satunya adalah untuk menemukan kedamaian hidup. [MAY/Cms]