MENGHILANGKAN kesusahan saudara muslim jauh lebih utama dari i’tikaf di Masjid Nabawi selama sebulan penuh.
Di masa tabi’in, ada kisah menarik yang dialami murid-murid Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah.
Suatu kali, Imam Hasan Al-Bashri memerintahkan beberapa muridnya untuk menjemput seorang murid senior bernama Tsabit Al-Banni. Tujuannya untuk mengajak Tsabit bersama-sama yang lain untuk membantu seseorang yang sedang kesusahan.
Ketika murid-murid Hasan Al-Bashri itu tiba, dikabarkan bahwa Tsabit sedang menunaikan ibadah i’tikaf di sebuah masjid. Seperti diketahui, dalam ibadah i’tikaf, peserta harus berdiam diri di dalam masjid selama waktu tertentu. Misalnya di bulan Ramadan selama sepuluh hari terakhir.
Mereka berdiam diri di dalam masjid dan memenuhi semua kebutuhan selama itu di dalam masjid: makan dan minum, tidur, mandi, dan lainnya.
Ketika murid-murid Hasan Al-Bashri menemui Tsabit, ia mengatakan, “Maaf, saya sedang menunaikan ibadah i’tikaf di masjid.”
Murid-murid itu pun kembali ke gurunya bahwa Tsabit tak bisa ikut membantu karena alasan itu.
Hasan Al-Bashri mengatakan kepada murid-muridnya, “Wahai A’masy (nama murid Hasan Al-Bashri), jika engkau keluar untuk menolong saudaramu yang butuh pertolongan, itu jauh lebih baik dari haji setelah haji.”
Hal ini sejalan dengan apa yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Manusia yang paling diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala adalah yang paling banyak memberikan manfaat untuk manusia.
“Ada pun amalan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kebahagiaan kepada muslim yang lain, melepaskan kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya, menghilangkan rasa laparnya.
“Sungguh, aku berjalan bersama saudaraku muslim untuk sebuah keperluan (membantunya) lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)
Kemudian nasihat Hasan Al-Bashri ini disampaikan kembali kepada Tsabit. Dan sontak, Tsabit langsung meninggalkan ibadah i’tikaf demi untuk ikut menolong kesusahan saudara muslim lainnya.
**
Kadang kita salah paham memahami hal utama dalam Islam. Ternyata, amal yang paling Allah cintai adalah menolong saudara muslim yang kesusahan. Itu lebih utama daripada beri’tikaf selama sebulan penuh di Masjid Nabawi. [Mh]





