MEDIA sosial X diramaikan dengan unggahan bernarasi kebanyakan konsumsi matcha disebut bisa masuk Unit Gawat Darurat (UGD).
Dokter, ahli nutrisi, dan penulis buku Tan Shot Yen mengatakan, untuk mengetahui batas konsumsi harian matcha, bisa dengan memperhatikan kandungan yang ada di dalamnya, seperti kafein.
Semua matcha dibuat dari daun teh yang ditanam di tempat teduh. Artinya, proses di mana semak teh terlindungi dari sinar Matahari dan cahaya, disaring ke semak-semak dengan cara yang sangat terkontrol.
Menurutnya, hal itu meningkatkan produksi klorofil pada tanaman, sekaligus menyebabkan daun matcha berwarna hijau tua.
Baca juga: Beberapa Gejala dari Penyakit Skoliosis yang Perlu Kamu Ketahui
Kebanyakan Minum Matcha Bisa Masuk UGD? Simak Penjelasannya Berikut
Kurangnya sinar Matahari mengurangi fotosintesis daun oleh tanaman, yang pada gilirannya mengubah kadar kafein, flavanol, gula, antioksidan, dan theanine yang terjadi secara alami.
Oleh karena itu, matcha umumnya memiliki kandungan kafein lebih banyak daripada teh hijau. Dia menjelaskan, batas konsumsi harian kafein pada matcha adalah 400 mg kafein per hari per orang.
Jadi, jika seseorang mengonsumsi matcha sebanyak 4 g atau 4.000 mg, dia akan mendapatkan 176 mg kafein dalam tubuhnya. Angka 176 mg masih tergolong aman berdasarkan batas konsumsi harian kafein sebesar 400 mg per orang.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ada beberapa gangguan atau masalah kesehatan jika konsumsi matcha secara berlebihan. Matcha mengandung antioksidan dan kafein cukup tinggi, bila dikonsumsi berlebih dapat menimbulkan efek samping keluhan saluran cerna, seperti mual, muntah, diare, dan nyeri perut.
Pada kondisi yang jarang terjadi, kebanyakan minum matcha dapat menyebabkan hepatotoksik. Hepatotoksik adalah kondisi yang memicu kerusakan fungsi hati.
Jika hal ini terjadi, seseorang bisa saja dilarikan ke UGD. Selain itu, Karin mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan bentuk matcha yang akan dikonsumsi.
Sebab, matcha yang berbentuk kapsul memiliki risiko gangguan kesehatan lebih tinggi ketimbang dalam bentuk serbuk. Risiko lebih tinggi bila dikonsumsi dalam bentuk kapsul dibanding bentuk minuman serta dalam kondisi perut kosong. [Din]