HASIL riset Top Halal Index 2024 menyebutkan, sebanyak 64 persen konsumen bersedia membayar lebih untuk produk halal.
Tak hanya itu, sebanyak 32% konsumen menyatakan akan beralih ke produk lain jika produk yang diinginkan tersebut belum berlabel halal, sementara 95% konsumen setuju bahwa produk dengan label halal pasti mengandung kebaikan.
Direktur IHATEC Marketing Research, Evrin Lutfika, mengatakan, hasil riset tersebut menguatkan bahwa sertifikasi halal telah menjadi aspek penting dalam mengembangkan brand di pasar global.
“Produk halal saat ini menjadi salah satu kekuatan utama yang mendorong pertumbuhan bisnis, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim,” jelas Evrin, dalam webinar yang digelar secara virtual pada 10 September 2024.
Dalam pemaparannya yang mengambil tema “Sikap dan Persepsi Konsumen Milenial Indonesia terhadap Produk Halal” itu, Evrin menjelaskan, hasil survei menunjukkan bahwa untuk produk makanan/minuman serta restoran/kafe, halal menjadi faktor terpenting dalam pertimbangan pembelian.
“Survei ini memperkuat pernyataan Kepala BPJPH sebelumnya bahwa halal telah menjadi lifestyle sekaligus peluang bisnis,” tambah Evrin.
baca juga: Empat Alasan Kosmetik Harus Sertifikasi Halal
Riset Top Halal Index 2024: 64 Persen Konsumen Bersedia Membayar Lebih untuk Produk Halal
Menyadari pentingnya hal ini, IHATEC Marketing Research mengundang para pelaku bisnis untuk bergabung dalam webinar bertajuk “Building Halal Brand to Capture Global Market” yang bertujuan memberikan wawasan dan strategi dalam menjadikan merek halal sebagai daya saing utama sehingga mampu menaklukkan pasar global.
Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Kementerian Agama RI, Dr. H. Muhammad Aqil Irham, M.Si., menekankan bahwa halal bukan hanya sekadar persoalan agama, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek kesehatan, kebersihan, dan kualitas produk.
Aqil juga menegaskan bahwa halal telah menjadi sebuah brand, sebuah lifestyle branding, dan peluang bisnis. Bahkan, di negara-negara liberal, pentingnya konsep halal semakin diakui.
Sementara itu, Dr. Wahyu T. Setyobudi, MM, ATP, CPM dari Global Business Marketing BINUS Business School, menekankan bahwa dalam dunia bisnis saat ini perusahaan harus memperhatikan lingkungan sekitar untuk dapat bertahan.
“Kesuksesan kini tidak lagi ditentukan oleh persaingan, melainkan melalui kolaborasi. Konsep halal semakin relevan karena fokus utamanya adalah pada kebaikan produk, bukan mengalahkan pesaing,” kata Wahyu.
Dalam marketing, terdapat 4 value utama: (1) functional value, (2) economic value, (3) emotional value, dan (4) social value.
Halal berada dalam kategori tersendiri, yaitu spiritual value, yang mengintegrasikan nilai-nilai lainnya. Hal ini dikenal sebagai value integration.
Laode Roni Syahirman, National Sales Manager Oriflame, mengakui bahwa pasar halal, baik di Indonesia maupun global, merupakan peluang bisnis yang sangat besar.
Bahkan, Turki dan Pakistan telah terinspirasi oleh Oriflame Indonesia untuk juga berfokus pada Halal.
Roni menjelaskan bagaimana Oriflame berkomitmen untuk menjadi mitra yang tidak hanya menjamin kualitas produk, tetapi juga memastikan kepatuhan terhadap prinsip halal dan syariah.
Dengan demikian, kebaikan produk Oriflame terjamin dan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.[ind]